Senin, 16 April 2012

makalah teori konseling


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Sekilas Sejarah Bimbingan dan Konseling
Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia tidak telepas dari perkembangan di negara asalnya Amerika Serikat. Bermula dari banyaknya pakar pendidikan yang telah menamatkan studinya di luar negeri Paman Sam itu dan kembali ke Indonesia dengan membawa kosep-konsep bimbingan konseling yang barutidak dapat dibantah bahwa pakar pendidikan itu telah menggunakan dasar-dasar pemikiran yang diambil dari pustaka Amerika Serikat. Khusus mengenai pandangan terhadap anak didik yaitu bahwa anak didik mempunyai potensi untuk berkembang karena itu pendidikan harus memberikan situasi kondusif bagi perkembangan potensi tersebut secara optimal. Potensi yang dimaksudkan adalah potensi yang baik, yang
Dalam pelaksanaannya bimbingan dan konseling disekolah-sekolah lebih banyak menangani kasus-kasus siswa bermasalah dari pada perkembangan potensi siswa. Disamping itu, konsep perkembangan optimal harus dalam keseimbangan perkembangan otak dan agama. Karena itu aspek penting yakni agama harus mendapat tempat yang layak dalam bimbingan dan konseling.

B.     Konseling dalam Aspek-Aspek Kehidupan
Hubungan yang membantu dan hubungan konseling adalah sama. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan, mengembangkan, dam membantu individu yang membutuhkannya. Beberapa bidang kehidupan atau profesi yang melakukan hubungan yang membantu antara lain adalah:
1.      Dunia Kedokteran/Kesehatan
2.      Perusahaan dan industry
3.      Bidang pendidikan

C.    Pengertian Bimbingan dan Konseling
Pengertian bimbingan di sekolah belum begitu luas di pahami oleh para guru dan kepala sekolah. Bahkan dikalangan atas juga ada yang belum sepenuhnya mempunyai keyakinan bahwa bimbingan dan konseling adalah komponen penting di sekolah di samping kurikulum dan administrasi pendidikan. Ada beberapa bukti yang menunjang pernyataan diatas.
1.      Masalah profesi konselor
2.      SK pengangkatan
3.      Masalah sikap terhadap bimbingan dan konseling
Pribadi guru pembimbing/konselor. Hal ini amat penting dalam melaksanakan tugas sekolah. Artinya $pribadi yang sesuai dengan profesinya yaitu memahami empati, genuine (jujur, asli), menerima dan sabar. Mengenai karaktetistik guru pembimbing itu dapat di lihat pada bab II.
1.      Pengertian Bimbingan
 “bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu yang membutuhkannya. Bantuan tersebut diberikan secara bertujuan, berencana dan sistematis, tanpa paksaan melainkan atas kesadaran individu tersebut, sehubungan dengan masalahnya”.
2.      Pengertian konseling
 “konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal, mampu megatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.”

D.    Upaya Melibatkan Klien
Yang paling penting dalam hubungan konseling adalah agar konselor mampu melibatkan klien secara penuh (dengan jiwanya). Kalau klien sudah terlibat dalam proses konseling, maka akan terbuka dan jujur (disclosed), sehingga dengan mudah menyatakan perasaan, pengalaman dan idenya.
Untuk melibatkan klien sehingga ia  terbuka, diperlukan beberapa syarat yaitu, kepribadian konselor dalam b erkomunikasi, pengetahuan/wawsan tentang klien dan keterampilan atau teknik konseling yang bervariasi.

E.     Konseling Pengembangan dan Islam
Konseling sebagai proses membantu individu agar berkembang, memiliki beberapa prinsip yang penting yaitu:
1.      Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup
2.      Melihat klien sebagai subjek dan hamba Allah
3.      Menghargai klien tanpa syarat
4.      Dialog islami yang menyentuh
5.      Keteladanan pribadi konselor

F.     Orientasi Baru Bimbingan dan Konseling
Siswa adalah manusia berpotensi yang layak dikembangkan untuk mencapai kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Karena itu diperlukan system pendidikan yang kondusif agar segala aspek potensial dalam diri siwa berkembang optimal.
Pendidikan sekolah (pendidikan formal) sampai saat ini masih terjebak pada pengembangan kognitif siswa dengan tujuan siswa menjadi orang cerdas, prestasi belajar dan NEM tinggi sehingga dapat memasuki perguruan tinggi (PT) yang berkualitas seperti, UI, ITB, dan sebagainya.

G.    Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya, perlu diadakan layanan bimbingan dan konseling yang terorganisir, terprogram, dan terarah. Selain itu di tuntut keahlian dari guru pembimbing, dan tersedianya data serta sarana yang memadahi. Perhatian utama sekolah biasanya kepada para siswa yang bermasalah, jumlahnya trbanyak, dan potensil untuk di kembangkan.
Berdasarkan kurikulum SMU 1994, kegiatan layanan bimbingan dan konseling terdiri dari:
1.      Layanan orientasi
2.      Layanan informasi
3.      Layanan penempatan dan penyaluran
4.      Layanan bimbingan belajar
5.      Layanan konseling perseorangan (individual)
6.      Layanan bimbingan kelompok






BAB II
HUBUNGAN DAN PROSES KONSELING

A.    Makna Hubungan Konseling
Pengertian bubungan konseling secara umum dipakai semua kaum professional yang melayani manusia, seperti profesi konselor, pekerja social, dokter dan sebagainya. Hubungan konseling adalah hubungan yang membantu, artinya pembimbing berusaha membantu sipembimbing agar tumbuh, berkembang, sejahtera, mandiri.
Tujuan utama konseling adalah untuk memudahkan perkembangan individu. Hubungan konseling juga terjadi pada relasi guru-siswa, orang tua-anak, suami-istri, dan sebagainya.
Jika dilukiskan hubungan konseling yang di lakukan professional yaitu antar konselor-klien, maka hubungan seperti itu dapat pula di kembangkan pada berbagai profesi dan hubungan dalam kehidupan, seperti kedokteran, perusahaan, keluarga, sekolah, pelatih, dan sebagainya.

B.     Hubungan Konseling dan Agama
Selama ini hubungan konseling hanya mencakup pada aspek-aspek psikologis, filosofis, dan keterampilan teknis. Bidang agama khususnya islam, jarang masuk kedalamnya. Mungkin kebanyakan konselor belum terbekali dengan materi agama, atau mungkin pula kebingungan bagaimana penerapan agama dalam konseling.
Agama amat menyentuh iman, taqwa dan akhlak.jika iman kuat maka ibadah akan lancer termasuk berbuat baik terhadap sesama manusia, karena telah terbentuk akhlak yang mulia. Dengan kata lain kuatnya iman, lancarnya ibadah, serta baiknya akhlak, akan memudahkan seorang individu untuk mengendalikan dirinya dan selalu beramal terhadap masyarakat serta alam sekitar.
Jadi dalam hubungan konseling sebaiknya konselor tidak memulai perlakuan (treadment) kepada kelemahan, masalah, atau kesulitan klien. Akan tetapi sebaiknya di mulai dari hal-hal yang membahagiakan klien seperti keberhasilan diri dan keluarga prestasi hobi (seni, olahraga), bakat dan minat klien tersebut. Perlakuan seperti ini akan memberi dorongan kepada klien untuk berbicara bebasdan terbuka serta penuh minat.


C.    Mengembangkan Hubungan Konseling
Mengembangkan hubungan konseling adalah upaya konselor untuk meningkatkan keterlibatan dan keterbukaan klien, sehingga akan memperlancar proses konseling, dan segera mencapai tujuan konseling yang diinginkan klien atas bantuan konselor. Bentuk utama hubungan konseling adalah pertemuan pribadi dengan pribadi (konselor-klien)yang dilatarbelakangi oleh lingkungan (internal-eksternal).

D.    Menciptakan Rapport
Tujuan helping relationship atau hubungan konseling adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan helpee (klien) dan bukan untuk memenuhi kebutuhan konselor (helper). Secara luas dikatakan bahwa klien harus dapat mempunyai tanggung jawab mengenai dirinya, dan membuat keputusan berdasarkan alternatif-alternatif yang dia tentukan atas bantuan komselor. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam hubungan konseling harus terjadi rapport antara klien dan konselor.
Rapport adalah suatu hubungan yang ditandai dengan keharmonisan, kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapport dimulai dengan persetujuan, kesejajaran, kesukaan, dan persamaan. Jika sudah terjadi persetujuan dan rasa persamaan, timbullah kesukaan terhadap satu sama lain.

E.     Hubungan Konseling dan Keterlibatan Klien
Jika terjadi rapport dalam hubungan konseling, berarti hubungan tersebut telah mencapai puncak. Artinya dalam kondisi ini, kondusif sekali bagi keterbukaan klien. Klien telah  telah membuang selubung resistensinya dan keenggananny, dan memasuki keterbukaan (disclosure). Jika klien sudah tebuka maka dia akan terlibat dengan diskusi bersama konselor. Sebab dia sudah mempunyai rasa mempercayai konselor.

F.     Konselor yang Resistensi
Sering terjadi resistensi pada konselor. Jika demikian maka hubungan konseling akan macet, karena klien tetulari resistensi dari konselor. Banyak factor yang menyebabkan resistensi konselor antara lain: 1)Kecemasan, mungkin dari kekalutan pikiran karena masalah keuangan, pekerjaan dan uang; 2)Konselor yang sedang mengalami frustasi dan konflik; 3) Konselor yang merangkap pejabat, biasa memerintah, menasehati, dan mengatur. Dia melihat hubungan konseling sebagai hubungan bawahan dan atasan.

G.    Proses Konseling
Proses konseling terlaksana karena hubungan konseling berjalan dengan baik. Menurut Brammer (1979) proses konseling adalah peristiwa yang tengah berlangsung dan member makna bagi para bagi para peserta konseling tersebut (konselor dan klien).
Secara umum proses konseling terbagi atas tiga tahapan yaitu:
1.      Tahap awal konseling
2.      Tahap pertengahan (tahap kerja)
3.      Tahap akhir konseling (tahap tindakan)















BAB III
PENDEKATAN-PENDEKATAN KONSELING

Pendekatan konseling (counseling approach)disebut juga teori konseling merupakan dasar dari suatu praktek konseling. Pendekatan itu dirasakan penting karena $jika dapat dipahami berbagai pendekatan atau teori konseling, akan memudahkan dalam menentukan arah proses konseling. Akan tetapi untuk kondisi Indonesia memilih suatu pendekatan secara fanatic dan kaku adalah kurang bijaksana.
Untuk mengatasi hal tersebut maka pendekatan yang dilakukan dalam konseling bukanlan pendekatan atau teori tunggal (single theory) untuk semua kasus yang diselesaikan. Akan tetaoi harus dicoba secara kreatif memilih bagian-bagian dari beberapa pendekatan yang relevan, kemudian secara sintesis-analitik  diterapkan pada kasus yang dihadapi. Pendekatan seperti ini di namakan Creative-Synthesis-Analytic (CSA). Allen E. Ivey (1980) menyebut pendekatan CSA ini dengan nama Eclectic Approach yaitu memilih secara selektif bagian-bagian teori yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan konselor. Artinya kita tidak memilih satu pendekatan saja untuk semua kasus, akan tetapi memilih bagian-bagian teori yang berbeda secara selektif untuk memanfaatkan terhadap kasus tertentu. Beberapa alasan dibawah ini dapat dipertimbangkan.
1.      Setiap teori mempunyai landasan filosofis tertentu yang mungkin bertolak belakang dengan paham filsafat Pancasila.
2.      Kalau digunakan satu pendekatan saja untuk semua kasus, dikhawatirkan konselornya akan kaku dan pemecahan masalah belum tentu tuntas.
3.      Dengan pendekata satu teori saja, kemungkinan koselor akan memaksakan diri dan mencocok-cocokkan teori tesebut terhadap kasus. Hal ini bisa menyebabkan konseling berantakan dan klien lari.
4.      Cara CSA membuat konselor lebih kreatif dan luas wawasannya
5.      Dapat memilih secara kreatif-analitik beberapa aliran konseling atau aspek-aspek dari aliran itu yang relevan dengan kasus yang akan dibantu.
Pendekatan CSA mirip dengan Rational Approach yang dikemukakan oleh C.H. Petterson 1980). Dari penjelasan tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Pendekatan Rasional (Rational Approach) yang telah dikemukakan mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1.      Bersifat logic dan intelektual dalam proses konseling serta solusi terhadap masalah.
2.      Pendekatan tersbut sederhanan dalam hakekatnya.
3.      Menggunakan teknik konseling yang berfariasi.
4.      Lain masalah lain juga teknik, sesuai dengn pilihan konselor berdasarkan relevansinya dengan kasus.

A.    Pendekatan Psikoanalisis
Aliran Psikoanalisis dipelopori oleh seorang dokter psikiatri yaitu Sigmund Freud pada tahun 1896. Yang mengemukakan pandangannya bahwa kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketaksadaran. Sedangkan alam kesadarannya dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah laut. Sebagian besar gunung es yang terbenam itu diibaratkan alam ketaksadaran manusia.
Pengertian Psikoanalisis mencakup tiga aspek yaitu sebagai metode penelitian proses-proses psikis, sebagai suatu teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis, sebagai teori kepribadian.
Didalam geraknya, Psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip, yakni:
1)      Prinsip konstansi, artinya kehidupan psikis manusia cenderung untuk mempertahan kan kuantitas konflik psikis pada taraf yang serendah mungkin, atau $setidak-tidaknya taraf yang stabil.
2)      Prinsip kesenangan, artinya kehidupan psikis manusia cenderung menghindarkan ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan (pleasure principle).
3)      Prinsip realitas, yaitu prinsip kesenangan yang sesuai dengan keadaan nyata.
1.      Dinamika Kepribadian
Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dari id, ego, dan super eg. Id merupakan aspek biologis yang mempunyai energy yang dapat mengaktifkan ego dan super ego. Energi yang meningkat dari id sering menimbulkan ketegangan dan rasa tidak enak.
Sedangkan super ego berperan untuk mengatur agar ego bertindak sesuai moral masyarakat. Disamping itu super ego berfungsi untuk merintangi dorongan-dorongan (impuls) id  terutama dorongan seksual dan agresivitas yang bertentangan dengan moral dan agama.
Freud menyebutkan bahwa id adalah system orisinil kepribadian yang berfungsi untuk menghindarkan ketakenakan untuk mendapat kenikmatan. Id mempunyai dua cara yakni:
1.      Gerakan reflex (reflex action) misalnya mata berkedip, bersin, dan sebagainya.
2.      Proses primer (the primery process) yaitu menghilangkan ketegangan dengan cara membayangkan makanan, noctural dream (mimpi basah) yang merupakan penyaluran keinginan seksual.
Freud yang dipengaruhi oleh Filsafat Determinisme dan Positivisme abad XX, menganggap manusia sebagai suatu kompleks system energy yang mendapat energy dari makanan. Energy itu dapat berpindah. Atas dasar itu maka energy psikis dapat pindah kedapa energy filosofis dan sebaliknya. Sebagai titik temu energy tubuh dengan kepribadian adalah id. Id mengandung insting yang mendinamiskan kepribadian.
Pada bagian dibawah ini akan diuraikan lebih jauh mengenai insting dan kecemasan.
a.       Insting
Insting adalah suatu pernyataan psikologis dari suatu sumber perangsang somatis (badaniah) yang di bawa sejak lahir
Freud mengelompokkan insting atas dua jenis yakni:
1)      Insting hidup adalah kumpulan libido yang mendorong kehidupan manusia, seperti libido seksual dan libido lapar dan haus.
2)      Insting mati (insting destruktif) yaitu keinginan manusia untuk menyiksa diri atau orang lain, dan keinginan untuk mati (bunuh diri).
b.      Kecemasan
Dorongan untuk pemuasan kebutuhan sebagian besar menguasai dinamika kepribadian individu. Freud mengemukakan tiga macam kecemasan yaitu:
1)      Kecemasan realistis yaitu takut akan bahaya yang dating dari luar, cemas atau takut ini bersumber dari ego.
2)      Kecemasan neurotis yaitu kecemasan yang bersumber dari id, kalau-kalau insting tidak di kendalikan sehingga menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat dihukum.
3)      Kecemasan moral yang bersumber pada sumber ego, kecemasan ini dinamakan kecemasan kata hati.
Freud mengatakan bahwa masa kanak-kanak dalah ayah dari manusia. Perkembangan kepribadian individu terjadi melalui respon terhadap sumber-sumber ketegangan yaitu: 1) Sumber ketegangan dari proses perkembangan fisiologis; 2) Frustasi; 3)Konflik; 4) Ancaman
Sebagai akibat dari sumber-sumber ketegangan itu maka individu belajar cara-cara baru untuk menghilangkan ketegangan yaitu identifikasi dan pemindahan objek (displacement).
2.      Proses Konseling
Berikut ini akan diuraikan gari-garis besar proses konseling psikoanalisis dengan jabarannya
a.       Tujuan konseling
Tujuan konseling aliran psikoanalis adalah untuk membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal yang tak disadari menjadi sadar kembali.
b.      Fungsi konselor
Konseling psikoanalisis mempunyai ciri unik unik dalam proses konselornya, yaitu konselor bersikap anonym artinya konselor berusaha tak dikenal klien, dan bertindak sedikit sekali memperlihatkan perasaan dan pengalamannya. Tujuannya agar klien dengan mudah memantulakn perasaan kepada konselor.
Fungsi konselor adalah mempercepat proses kesadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketaksadaran klien yang dilindunginya dengan cara tranferensi itu.
c.       Proses konseling
Secara sistematis proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase-fase konseling dapat diikuti berikut ini.
1)      Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
2)      Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dam melakukan transferensi.
3)      Tilikan tehadap masalalu klien terutama pada masa kanak-kanaknya.
4)      Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.
5)      Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
6)      Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi.
7)      Menutup wawancara konseling.
d.      Teknik konseling
Ada lima teknik dasar dari konseling psikoanalisis adalah:
1)      Asosiasi bebas
Yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari selama ini, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya.
Tujuan teknik ini adalah untuk mengungkapkan pengalaman masa lalu dam menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatic yang lampau.
2)      Interpretasi
Adalah teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosialsi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi klien.
Tujuannya adalah agar ego klien dapat mencerna materi baru dan mempercepat proses penyadaran.
3)      Analisis mimpi
Yaitu suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan member kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
4)      Analisis resistensi
Analisis tesistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensinya.
5)      Analisis transferensi
Konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar terungkap neurosisnya terutama pada usia selama lima tahun pertama dalam hidupnya.

B.     Terapi Terpusat Pada Klien
Client-Centered Therapy sering juga disebut Psikoterapi Nn-Directive adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan klien.
Ciri-ciri terapi ini adalah:
1)      Ditujukan kepada klien yang sanggup memecahkan masalahnya agar tercapai kepribadian yang terpadu.
2)      Sasaran konseling adalah aspek emosi dan perasaan $feeling), bukan segi intelektualnya.
3)      Titik tolak konseling adalah keadaan individutermasuk kondisi social-psikologis masa kini, dan bukan pengalaman masa lalu.
4)      Proses konseling bertujuan untuk menyesuaikan antara ideal-self dengan actual-self.
5)      Peranan yang aktif dalam konseling dipegang oleh klien, sedangkan konselor adalah pasif-reflektif.
1.      Tujuan konselor
Terapi ini dikembangkan oleh Carl Ransom Rogers pada tahun 1942 bertujuan untuk membina kepribadian klien secara intelektual, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri.
Kepribadian yang integral adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai antara gambaran tentang diri yang ideal (ideal-self) dengan kenyataan diri sebenarnya (avktual-self).
Untuk mencapai tujuan itu diperlukan beberapa syarat yakni:
1)      Kemampuan dan keterampilan teknik konselor
2)      Kesiapan klien untuk menerima bimbingan
3)      Taraf intelegensi klien yang memadai.
2.      Proses konseling
Berikut ini akan di kemukakn tahap-tahap konseling Terapi terpusat Pada Klien.
1)      Klien datang pada konselor atas kemauan sendiri.
2)      Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien.
3)      Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukakan perasaanya.
4)      Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya.
5)      Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya.
6)      Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan).
7)      Klien merealisasikan pilihannya itu.
3.      Teknik konseling
Penekanan masalah ini adalah dalam hal filosofis dan sikap konselor ketimbang teknik. Pelaksanaan teknik konseling amat diutamakan sifat-sifat konselor berikut:
1)      Acceptance artinya konselor menerima klien sebagai mana adanya dengan segala masalahnya.
2)      Congruence artinya karakteritik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan, dan konsisten.
3)      Understanding artinya konselor harus dapat secara akurat dan memahami secara empati dunia klien sebagai mana dilihat dari dalam diri klien itu.
4)      Nonjudgmental artinya tidak member penilaian terhadap klien, akan tetapi konselor selalu objektif.
C.    Terapi Gestalt
Terapi ini dikembangkan oleh Frederick S. Pearl (1894-1970) yang didasari oleh empat aliran yakni psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme serta psikologi gestalt.
Menurut Pearls banyak sekali manusia yang mencoba menyatakan apa yang seharusnya dari pada menyatakan apa yang sebenarnya. Perbedaan aktualisasi gambaran diri dan aktualisasi diri benar benar merupakan kritis pada manusia itu.
1.      Tujuan konseling
Menurut teori gestalt tujuan konseling adalah untuk membantu klien menjadi individu yang merdeka dan berdiri sendiri. Untuk mencapai tujuan itu di perlukan:
1)      Usaha membantu penyadaran klien tentang apa yang dilakukan.
2)      Membantu penyadaran tentang tentang siapa dan hambatan dirinya.
3)      Membantu klien untuk menghilangkan hambatan dalam pengembangan penyadaran diri.
2.      Landasan Bagi Proses Konseling
Proses konseling mengikuti lima hal yang penting sebagai berikut:
1)      Pemolaan (patterning)
Pemolaan terjadi pada awal konseling yaitu situasi yang tercipta setelah konselor memperoleh fakta atau penjelasan mengenai sesuatu gejala atau suatu permohonan bantuan, dan konselor segera memberikan jawaban.
2)      Pengawasan (control)
Kontrol merupakan kemampuan konselor untuk meyakinkan atau memaksa klien untuk mengikuti prosedur konseling yang telah disiapkan konselor yang mungkin mencakup variasi kondisi. Dua aspek penting dalam kontrol yaitu motivasi dan rapport.
3)      Potensi
Yaitu usaha konselor untuk mempercepat terjadinya perubahan perilaku dan sikap serta kepribadian. Hal ini bisa terjadi dalam hubungan konseling yang bersifat terapeutik.
4)      Kemanusiaan
Kemanusiaan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a)      Perhatian dan pengenalan konselor terhadap klien secara pribadi dan emosional.
b)      Keinginan konselor untuk mendampingi dan mendorong klien pada respon emosional atau menjelaskan pengalamannya.
c)      Kemampuan konselor untuk memikirkan pikiran kearah kepercayaan konseli dan membutuhkan dorongan dan pengakuan.
d)     Keterbukaan konselor yang kontinu sehingga merupakan modal bagi klien untuk perubahan perilaku.
5)      Kepercayaan
Saat konseling diperlukan kepercayaan termasuk:
a)      Perhatian dan pengenalan konselor terhadap diri sendiri dalam hal jabatan.
b)      Kepercayaan konselor terhadap diri sendiri untuk menangani klien secara individual.
c)      Kepercayaan diri untuk mengadakan penelitian dan pengembangan.
3.      Proses: Perubahan Perilaku Klien
1)      Transisi
Yaitu keadaan klien dari selalu ingin dibantu oleh lingkungan kepada keadaan berdiri sendiri. Artinya kepribadiannya tak sempurna, ada bagian yang hilang.
2)      Avoidance dan Unfinished Business
Yang termasuk kedalam unfinished business ialah emosi-emosi peristiwa-peristiwa, pemikiran-pemikiran yang terlambat di kemukakan klien. Avoidance adalah segala sesuatu yang digunakan klien untuk lari dari unfinished business. Bentuk unfinished business adalah phobia, escape, ingin mengganti konselor.
3)      Impasse yaitu individu atau konseling yang bingung, kecewa, terhambat,
4)      Here and Now yaitu penanganan kasus adalah disini dan masa kini.
4.      Proses dan Fase Konseling
1)      Fase I. membentuk pola pertemuan terapeutik agar terjadi situasi yang memungkinkan perubahan perilaku klien.
2)      Fase II. Pengawasan, yaitu usaha konselor untuk meyakinkan klien untuk mengikuti prosedur konseling.
3)      Fase III. Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan-perasaan dan kecemasannya.
4)      Fase IV (terakhir). Setelah terjadi pemahaman diri maka dapa fase ini klien harus sudah memiliki kepribadian yang integral sebagai manusia individu yang unik.

D.    Terapi Behavioral
Terapi behavioral berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dan Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B.F. Skinner. Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk menanggulangi (treadment) neurosis.
Dasar-dasar terapi behavioral adalah bahwa perilaku dapat dipahami sebagai hasil kombiasi: 1) belajar waktu lalu dalam hubungannya dengan keadaanya yang serupa; 2) keadaan motivasional sekarang dan efeknya terhadap kepekaan terhadap lingkungan; 3) perbedaan-perbedaan biologic baik secara genetic atau karena gangguan fisiologik.
Dalam hal ini Skinner walaupun di pengaruhi teori S-R, tetapi dia punya pengangan tersendiri mengenai perilaku, yaitu:
1)      Respon tidak perlu selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh pengaruh reinforcement (penguatan).
2)      Lebih menekankan pada studi subjek individual ketimbang generalisasi kecenderungan kelompok.
3)      Menekankan pada penciptaan situasi tertentu terhadap terbentuknya perilaku ketimbang motivasi dalam diri.
1.      Tujuan konseling
Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu lien membuang repon-respon yang lama, yang merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat. Pendekatan terapi ini ditandai oleh:
1)      Fokusnya pada perilaku yang tampak dan spesifik.
2)      Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment (perlakuan)
3)      Formulasi prosedur treatment khusus sesuai dengan masalah khusus.
4)      Penilaian objektif mengenai hasil konseling.
2.      Hubungan Klien dan Konselor
Dalam hubungan konselor dengan klien beberapa hal dibawah ini harus dilakukan:
1)      Konselor memahami dan menerima klien.
2)      Keduanya berkerjasama.
3)      Konselor memberikan bantuan dalam arah yang diinginkan klien.
3.      Teknik-teknik Konseling
Berikut ini dikemukakan beberapa teknik konseling behavioral
1)      Desensitisasi sistematik
Teknik ini dikembangkan oleh Wolpe yang mengatakan bahwa perilaku neurotic adalah ekspresi dari kecemasan.teknik ini bermaksud mengajar klien untuk memberikan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami klien.
2)      Assertive training
Assertive training merupakan teknik dalam konseling behavioral yang menitik beratkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya.
Didalam assertive training  konselor berusaha memberikan keberanian kepada klien dalam mengatasi kesuliata terhadap orang lain.
3)      Aversion therpy
Teknik ini bertujuan untuk menghukum pirilaku yang negarif dan memperkuat perilaku positif. Hukuman bisa berupa kejutan listrik, atau memberi ramuan yang membuat orang muntah.
4)      Home-work
Yaitu suatu latihan rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu. Caranya ialah dengan member tugas rumah untuk satu minggu.
E.     Logo Therapy Frankl
Terapi logo dikembangkan oleh Frankl pada tahu 1938 ketika ia menjadi tawanan di kamp nazi bersama dengan tawana yahudi lainya.
Kebebasan fisik boleh dirampas, tetapi kebebasan rohani tak akan hilang dan terampas, dan hal itu menimbulkan kehidupan itu bermakna dan bertujuan.
Makna hidup itu harus dicari oleh manusia. Dalam makna tersebut tersimpan nilai-nilai yaitu: 1) nilai kreatif; 2) nilai pengalaman; 3) nilai sikap.
1.      Tujuan Terapi
Terapi ini bertujuan agar dalam masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna dan penderitaan dan kehidupan serta cinta.
2.      Teknik Konseling
Terapi ini masih menginduk kepada aliran psikoanalisis, akan tetapi menganut paham eksistensialisme. Mengenai teknik konseling, digunakan semua teknik yang kiranya sesuai dengan kasus yang sering dihadapi.
F.     Rational Emotive Therapy (RET)
RET dikembangkan oleh seorang eksistensialis Albert Ellis pada tahun 1962. Sebagaimana diketahui aliran ini dilatarbelakangi oleh filsafat eksistensialisme yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya.
RET yang menolak pandangan aliran psikoanalisis berpandangan bahwa peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Menurut Ellis bukanlah pengalam atau peristiwa eksternal yang menimbulkan emosional, akan tetapi tergantung pada pengertian yag diberikan terhadap peristiwa atau pengalaman itu.
Konsep dasar RET yang dikembangkan oleh Albert Ellis adalah sebagai berikut:
1)      Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari gangguan emosional.
2)      Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irrasional.
3)      Pemikiran irrasional bersumber pada disposisi biologis lewat pengalaman masa kecil dan pengaruh budaya.
4)      Pemikiran dan emosi tak dapat dipisahkan.
5)      Berpikir logis dan tidak logis dilakukan dengan simbol-simbol bahasa.
6)      Pada diri manusia sering terjadi self-verbalizition.
7)      Pemikiran tak logis-irrasional dapat dikembalikan kepada pemikiran logis dengan reorganisasi persepsi.
1.      Tujuan terapi
RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang irrasionalmenjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal.
2.      Proses Terapi
a)      Konselor berusaha menunjukkan klien kesulitan yang dihadapi sangat berhubungan dengan keyakinan irrasional dan menunjukkan bagaimana klien harus bersikap rasional dan mampu memisahkan keyakinan irrasional dan rasional.
b)      Setelah klien menyadari gangguan emosi yang bersumberdari pemikiran irrasional, maka konselor menunjukkan pemikiranb klien yang irrasional, seta klien berusaha mengubah kepada keyakinan menjadi rasional.
c)      Konselor berusaha agar klien menhindarkan diri dari ide-ide irrasionalnya, dan konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses  penyalahan dan perusakan diri.
d)     Proses terakhir konseling adalah konselor berusaha menantang klien untuk mengembangkan filosofis kehidupan yang rasional, dan menolak kehidupan yang rasional, dan menolak kehidupan yang irrasional dan fiktif.
3.      Teknik-teknik Konseling
Layanan RET terdiri atas layanan individual dan layanan kelompok.sedangkan teknik-teknik yang digunakan banyak dari terapi behavioral.
































BAB IV
KARAKTERISTIK KLIEN

A.    Memahami Klien
Shertzer and Stone (1987) mengemukakan bahwa keberhasilan dan kegagalan proses konseling ditentukan oleh tiga hal yaitu: 1) kepribadian klien; 2) harapan klien; 3) pengalaman/pendidikan klien.
1.      Kepribadian Klien
Aspek-aspek kepribadian klien adalah sikap, emosi, intelektual, motivasi, dan sebagainya.
Jika perasaan-perasaan klien dikeluarkan dengan leluasa baik secra verbal maupun dalam bentuk perilaku nonverbal, dengan jujur, maka kecemasan klien akan  menurun, dia merasa lega. Bila keadaan ini terjadi berarti jiwa klien sudah tenang dan pikirannya jadi jernih.
2.      Harapan Klien
Shertzer dan Stone (1980) mengemukakan bahwa secara umum harapan klien adalah agar proses konseling dapat menghasilkan pemecahan persoalan pribadi mereka. Termasuk dalam permasalahan pribadi itu adalah: dapat menurunkan atau menghilangkan stress, memberikan kemampuan untuk bisa mengadakan pilihan, menjadikan dirinya popular dari sebelumnya, menjadikan hubungan dengan orang lain lebih baik dan bermakna, agar bisa di terima di perguruan tinggi bermutu, mendapat beasiswa atau mendapat dana bantuan dari perusahaan.
Terjadinya deskrepansi antara harapan dan kenyataan, mungkin dapat membuat klien kecewa, sehingga bisa membuat dia putus hubungan konseling selanjutnya (drop out-DO) dimana klien tidak dating lagi pada proses konseling berikutnya.
3.      Pengalaman dan Pendidikan Klien
Hal ini sangat mementukan atas keberhasilan proses konseling.sebab dengan pengalaman dan pendidikan tersebut, klien akan mudah menggali dirinya sehingga persoalannya makin jelas dan upayapemecahan semakin terarah. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman dalam konseling, wawancara, berkomunikasi, berdiskusi, pidato, ceramah, mangajar/melatih, keterbukaan dalam suasana demokratis dikeluarga/kantor/sekolah, dan sebagainya.

B.     Aneka Ragam Klien
Setelah memahami klien dengan latar belakangnya, maka selanjutnya kita akan memahami pula aneka ragam atau jenis klien. Jika seorang klien dating kepada konselor tentu ada maksud yang terkandung didalam hatinya.
Berikut ini akan diuraikan berbagai jenis atau ragam klien yang akan dihadapi konselor:
1.      Klien sukarela
Klien sukarela artimya klien yang hadir di ruang konselingatas kesadaran diri, berhubung ada maksud dan tujuannya. Secara umum dapat kita kenali ciri-ciri klien surarela sebagai berikut: 1) Hadir atas kehendak sendiri; 2) Segera dapat menyesuaikan diri dengan konselor; 3) Mudah terbuka, seperti segera mengatakan persoalannya; 4) Bersungguh-sungguh mengikuti proses konseling; 5) Berusaha mengemukakan sesuatu yang jelas; 6) Sikap bersahabat, mengharapkan bantuan; 7)Bersedia mengungkap rahasia walaupun itu menyedihkan.
2.      Klien Terpaksa
Klien terpaksa adalah klien yang hadirnya diruang konseling bukan atas keinginannya sendiri. Karakteristik klien terpaksa: 1) Enggan berbicara; 2) Curiga terhadap konselor; 3) Bersifat tertutup; 4) Kurang bersahabat; 5) Menolak secara halus bantuan konselor.
3.      Klien Enggan
Salah satu bentuk klien enggan adalah yang banyak bicara. Upaya yang bisa dilakukan menghadapi klien seperti ini adalah: 1) menyadarkan akan kekeliruannya; 2) member kesempatan agar dia dibimbing oleh orang lain saja, atau mencari lawan bicara yang lain.
4.      Klien Bermusuhan/Menentang
Klien yang terpaksa yang bermasalah cukup serius, bisa menjelma menjadi klien bermusuhan. Sifat-sifatnya adalah: 1) tertutp; 2)menentang; 3) bermusuhan; 4) menolak secara terbuka.
5.      Klien Krisis
Yang dimaksud dengan klien krisis adalah jika seseorang menghadapi musibah seperti kematian (orang tua, pacar/istri, anak yang dicintai), kebakaran rumah, diperkosa, dan sebagainya yang dihadapkan pada konselor untuk diberi bantuan agar dia menjadi stabil dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang baru.
Beberapa gejala perilaku klien krisis adalah: 1) tertutup/menutup diri dari dunia luar; 2) amat emosional, tak berdaya, ada yang histeri; 3) kurang mampu berfikir rasional; 4) tidak mampu mengurus diri dan keluarga; 5) membutuhkan orang yang amat dipercayai.

C.    Peran Negosiasi dalam Konseling
Untuk menghadapi klien menentang, terpaksa dan enggan perlu diadakan negosiasi sebelum konseling yang sebenarnya. Syarat-syarat untuk dapat melaksanakan negosiasi dengan bai, adalah sebagai berikut: 1) Kecerdasan dan wawasan yang luas; 2) Keterampilan berbicara dan komunikasi yang menghargai; 3) Bersikap ramah, murah senyum, sopan, cermat, dan empati; 4) Pemahaman yang memadahi tentang subjek (individu) yang dihadapi; 5)Tidak membosankan, tidak memaksa, tidak menyimpulkan, dan tidak mengecewakan orang lain.





















BAB V
KREATIVITAS KONSELOR DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN

                        Suatu proses konseling ditentukan oleh kehadiran konselor dalam melakukan wawancara konseling. Wawancara konseling adalah suatu kegiatan yang unik dan berbeda sama sekali dari wawancara biasa misalnya oleh para wartawan.tugas konselor dalam hal ini adalah membantu klien menciptakan alternative-alternatif baru untuk bertindak.mengenai kreativitas, beberapa teori konseling menjelaskan sebagai berikut:
1)      Psikodinamika dari Freud
Freud percaya bahwa mind (pikiran) terdiri dari tiga strata:
a)      Conscious (kesadaran) berhubungan dengan dunia nyata: analitik dan perbuatan sebagai suatu organizer (organisator) antara inner-self (dunia dalam) dan outer-self (dunia luar).
b)      Unconscious (ketaksadaran) adalah tempat penyimpanan pemikiran-pemikiran logis, irrasional, naluriah, reaksi-reasi emosional, dan semua pengalaman-pengalaman sejak lahir.
c)      Preconcious (ambang sadar) tempat krusian dimana berada disini kreativitas. Ambang sadar ini menyelidiki informasi-informasi yang relevan, menarik dan merangsang kedalam dunia pikiran kesadaran, yang dapat digunakan dalam proses mengambil keputusan-keputusan didunia kesadaran.
2)      Teori Behavioral tentang Kreativitas
Dua tokoh behavioral yakni Reece dan Parnes (1975) mengembangkan program pelatihan untuk pemecahan masalah secara kreatif. Walaupun kreatifitas adalah proses mistik yang disediakan untuk unconscious, tapi disediakan 28 buku untuk melatih komponen-komponen dari proses kreatif.
Hasilnya adalah bahwa kreativitas tidak harus dianggap sebagi suatu berkah yang aneh, akan tetapi yang jelas merupakan keterampilan yang dapat diajarkan.
3)      Teori Psikologi Eksistensial-Humanistik
Carl Rogers (1975) mengemukakan teori pertumbuhan alamiah terhadap aktualisasi dan pertumbuhan diri untuk mencapai perkembangan potensial diri yang optimal. Dari pandangan ini, manusia pada dasarnya secara ilmiah adalah kreatif. Dan peran pelatih (guru) adalah mendorong agar siswa secara spontan kreatif.


A.    Posisi Kreativitas dalam Proses Konseling
Konselor harus petama mendengarkan dengan aktif terhadap klien dan memperhatikan kata-katanya dengan cermat dan tepat yang disampaikan klien dengan sadar.berdasarkan informasi yang telah disampaikan klien, konselor kemudian memunculkan definisi-devinisi alternative dari problem yang dikemukakan dan memberikan alternative-alternatuf solusi, membantu memutuskan suatu cara tindakan klien, dan memunculkan alternatif interpretasi dari hasil yang mungkinterhadap perilaku yang diharapkan.

B.     Mengambil Keputusan
Tugas konselor adalah upaya untuk mempermembangkitkan alternative-alternatif, membantu klien menghilangkan pola-pola lama yang tak baikmemudahkan terjadinya proses mengambil keputusan, dan memnemukan solusi-solusi yang mengarah untuk memecahkan masalah. Terutama pada tahap awal konseling dapat member keuntungan untuk mengambil keputusan, karena di tahap ini konselor bersama klien dapat mendefinisikan masalah klien.
Dalam proses konseling ada tiga tahapan konseling yaitu: 1) tahap mendefinisikan masalah (tahap awal); 2) tahap atau fase bekerja dengan definisi masalah (tahap pertengahan); 3) tahap keputusan untuk berbuat (action)-disebut juga tahap akhir.
C.    Efektivitas Konselor dalam Wawancara Konseling
Prose konseling yang intensional (mendalam) dan efektif akan membantu klien untuk berkembang secara optimal. Sebaliknya jika proses konseling berjalan tidak efektif dan kurang mendalam, maka sudah dapat dipastikan akan gagal mencapai tujuan dan bahkan dapat merusak klien.
Menurut hasil penelitian Hadley dan Stupp (1976) faktor-faktor penyebab yang dapat merusak klien adalah: 1) terlalu dalam konselor menggali klien; 2) konselor terlalu hati-hati dalam menggali klien; 3) aplikasi teknik; 4) hubungan konseling; 5) masalah komunikasi; 6) focus; 7) kelemahan konselor.






DAFTAR PUSTAKA

Dr Wilis, Sofyans. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta,cv








R.Aj Rizky Wulan Amalia (058)