BAB
I
PENDAHULUAN
A. Sekilas Sejarah Bimbingan dan
Konseling
Perkembangan bimbingan
dan konseling di Indonesia tidak telepas dari perkembangan di negara asalnya
Amerika Serikat. Bermula dari banyaknya pakar pendidikan yang telah menamatkan
studinya di luar negeri Paman Sam itu dan kembali ke Indonesia dengan membawa
kosep-konsep bimbingan konseling yang barutidak dapat dibantah bahwa pakar
pendidikan itu telah menggunakan dasar-dasar pemikiran yang diambil dari
pustaka Amerika Serikat. Khusus mengenai pandangan terhadap anak didik yaitu bahwa
anak didik mempunyai potensi untuk berkembang karena itu pendidikan harus
memberikan situasi kondusif bagi perkembangan potensi tersebut secara optimal.
Potensi yang dimaksudkan adalah potensi yang baik, yang
Dalam pelaksanaannya bimbingan dan konseling
disekolah-sekolah lebih banyak menangani kasus-kasus siswa bermasalah dari pada
perkembangan potensi siswa. Disamping itu, konsep perkembangan optimal harus
dalam keseimbangan perkembangan otak dan agama. Karena itu aspek penting yakni
agama harus mendapat tempat yang layak dalam bimbingan dan konseling.
B.
Konseling dalam Aspek-Aspek
Kehidupan
Hubungan yang membantu dan hubungan konseling adalah sama.
Tujuannya adalah untuk menumbuhkan, mengembangkan, dam membantu individu yang
membutuhkannya. Beberapa bidang kehidupan atau profesi yang melakukan hubungan
yang membantu antara lain adalah:
1. Dunia Kedokteran/Kesehatan
2. Perusahaan dan industry
3. Bidang pendidikan
C.
Pengertian Bimbingan dan Konseling
Pengertian bimbingan di sekolah belum begitu luas di pahami
oleh para guru dan kepala sekolah. Bahkan dikalangan atas juga ada yang belum
sepenuhnya mempunyai keyakinan bahwa bimbingan dan konseling adalah komponen
penting di sekolah di samping kurikulum dan administrasi pendidikan. Ada beberapa
bukti yang menunjang pernyataan diatas.
1. Masalah profesi konselor
2. SK pengangkatan
3. Masalah sikap terhadap bimbingan dan
konseling
Pribadi guru pembimbing/konselor. Hal ini amat penting dalam
melaksanakan tugas sekolah. Artinya $pribadi yang sesuai dengan profesinya
yaitu memahami empati, genuine (jujur, asli), menerima dan sabar. Mengenai
karaktetistik guru pembimbing itu dapat di lihat pada bab II.
1. Pengertian Bimbingan
“bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu yang membutuhkannya.
Bantuan tersebut diberikan secara bertujuan, berencana dan sistematis, tanpa
paksaan melainkan atas kesadaran individu tersebut, sehubungan dengan
masalahnya”.
2. Pengertian konseling
“konseling adalah upaya bantuan yang diberikan
seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu
yang membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang potensinya secara
optimal, mampu megatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang selalu berubah.”
D.
Upaya Melibatkan Klien
Yang paling penting dalam hubungan konseling adalah agar
konselor mampu melibatkan klien secara penuh (dengan jiwanya). Kalau klien
sudah terlibat dalam proses konseling, maka akan terbuka dan jujur (disclosed), sehingga dengan mudah
menyatakan perasaan, pengalaman dan idenya.
Untuk melibatkan klien sehingga ia terbuka, diperlukan beberapa syarat yaitu,
kepribadian konselor dalam b erkomunikasi, pengetahuan/wawsan tentang klien dan
keterampilan atau teknik konseling yang bervariasi.
E.
Konseling Pengembangan dan Islam
Konseling sebagai proses membantu individu agar berkembang,
memiliki beberapa prinsip yang penting yaitu:
1. Memberikan kabar gembira dan
kegairahan hidup
2. Melihat klien sebagai subjek dan
hamba Allah
3. Menghargai klien tanpa syarat
4. Dialog islami yang menyentuh
5. Keteladanan pribadi konselor
F.
Orientasi Baru Bimbingan dan
Konseling
Siswa adalah manusia berpotensi yang layak dikembangkan
untuk mencapai kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Karena itu
diperlukan system pendidikan yang kondusif agar segala aspek potensial dalam
diri siwa berkembang optimal.
Pendidikan sekolah (pendidikan formal) sampai saat ini masih
terjebak pada pengembangan kognitif siswa dengan tujuan siswa menjadi orang
cerdas, prestasi belajar dan NEM tinggi sehingga dapat memasuki perguruan
tinggi (PT) yang berkualitas seperti, UI, ITB, dan sebagainya.
G.
Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan
Konseling
Untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu pemecahan
masalah yang dihadapinya, perlu diadakan layanan bimbingan dan konseling yang
terorganisir, terprogram, dan terarah. Selain itu di tuntut keahlian dari guru
pembimbing, dan tersedianya data serta sarana yang memadahi. Perhatian utama
sekolah biasanya kepada para siswa yang bermasalah, jumlahnya trbanyak, dan
potensil untuk di kembangkan.
Berdasarkan kurikulum SMU 1994, kegiatan layanan bimbingan
dan konseling terdiri dari:
1. Layanan orientasi
2. Layanan informasi
3. Layanan penempatan dan penyaluran
4. Layanan bimbingan belajar
5. Layanan konseling perseorangan
(individual)
6. Layanan bimbingan kelompok
BAB II
HUBUNGAN DAN PROSES KONSELING
A. Makna
Hubungan Konseling
Pengertian bubungan konseling secara umum dipakai semua kaum
professional yang melayani manusia, seperti profesi konselor, pekerja social,
dokter dan sebagainya. Hubungan konseling adalah hubungan yang membantu,
artinya pembimbing berusaha membantu sipembimbing agar tumbuh, berkembang,
sejahtera, mandiri.
Tujuan utama konseling adalah untuk memudahkan perkembangan
individu. Hubungan konseling juga terjadi pada relasi guru-siswa, orang
tua-anak, suami-istri, dan sebagainya.
Jika dilukiskan hubungan konseling yang di lakukan
professional yaitu antar konselor-klien, maka hubungan seperti itu dapat pula
di kembangkan pada berbagai profesi dan hubungan dalam kehidupan, seperti kedokteran,
perusahaan, keluarga, sekolah, pelatih, dan sebagainya.
B.
Hubungan Konseling dan Agama
Selama ini hubungan konseling hanya mencakup pada
aspek-aspek psikologis, filosofis, dan keterampilan teknis. Bidang agama
khususnya islam, jarang masuk kedalamnya. Mungkin kebanyakan konselor belum
terbekali dengan materi agama, atau mungkin pula kebingungan bagaimana
penerapan agama dalam konseling.
Agama amat menyentuh iman, taqwa dan akhlak.jika iman kuat
maka ibadah akan lancer termasuk berbuat baik terhadap sesama manusia, karena
telah terbentuk akhlak yang mulia. Dengan kata lain kuatnya iman, lancarnya
ibadah, serta baiknya akhlak, akan memudahkan seorang individu untuk
mengendalikan dirinya dan selalu beramal terhadap masyarakat serta alam
sekitar.
Jadi dalam hubungan konseling sebaiknya konselor tidak
memulai perlakuan (treadment) kepada
kelemahan, masalah, atau kesulitan klien. Akan tetapi sebaiknya di mulai dari
hal-hal yang membahagiakan klien seperti keberhasilan diri dan keluarga
prestasi hobi (seni, olahraga), bakat
dan minat klien tersebut. Perlakuan seperti ini akan memberi dorongan kepada
klien untuk berbicara bebasdan terbuka serta penuh minat.
C.
Mengembangkan Hubungan Konseling
Mengembangkan hubungan konseling
adalah upaya konselor untuk meningkatkan keterlibatan dan keterbukaan klien,
sehingga akan memperlancar proses konseling, dan segera mencapai tujuan
konseling yang diinginkan klien atas bantuan konselor. Bentuk utama hubungan
konseling adalah pertemuan pribadi dengan pribadi (konselor-klien)yang
dilatarbelakangi oleh lingkungan (internal-eksternal).
D.
Menciptakan Rapport
Tujuan helping
relationship atau hubungan konseling adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan helpee (klien) dan bukan untuk memenuhi
kebutuhan konselor (helper). Secara
luas dikatakan bahwa klien harus dapat mempunyai tanggung jawab mengenai
dirinya, dan membuat keputusan berdasarkan alternatif-alternatif yang dia
tentukan atas bantuan komselor. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam
hubungan konseling harus terjadi rapport antara
klien dan konselor.
Rapport adalah suatu hubungan yang ditandai
dengan keharmonisan, kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapport dimulai dengan persetujuan,
kesejajaran, kesukaan, dan persamaan. Jika sudah terjadi persetujuan dan rasa
persamaan, timbullah kesukaan terhadap satu sama lain.
E.
Hubungan Konseling dan Keterlibatan
Klien
Jika terjadi rapport dalam
hubungan konseling, berarti hubungan tersebut telah mencapai puncak. Artinya
dalam kondisi ini, kondusif sekali bagi keterbukaan klien. Klien telah telah membuang selubung resistensinya dan
keenggananny, dan memasuki keterbukaan (disclosure). Jika klien sudah tebuka
maka dia akan terlibat dengan diskusi bersama konselor. Sebab dia sudah
mempunyai rasa mempercayai konselor.
F.
Konselor yang Resistensi
Sering terjadi resistensi pada konselor. Jika demikian maka
hubungan konseling akan macet, karena klien tetulari resistensi dari konselor.
Banyak factor yang menyebabkan resistensi konselor antara lain: 1)Kecemasan,
mungkin dari kekalutan pikiran karena masalah keuangan, pekerjaan dan uang; 2)Konselor
yang sedang mengalami frustasi dan konflik; 3) Konselor yang merangkap pejabat,
biasa memerintah, menasehati, dan mengatur. Dia melihat hubungan konseling
sebagai hubungan bawahan dan atasan.
G.
Proses Konseling
Proses konseling terlaksana karena hubungan konseling berjalan
dengan baik. Menurut Brammer (1979) proses konseling adalah peristiwa yang
tengah berlangsung dan member makna bagi para bagi para peserta konseling
tersebut (konselor dan klien).
Secara umum proses konseling terbagi atas tiga tahapan
yaitu:
1. Tahap awal konseling
2. Tahap pertengahan (tahap kerja)
3. Tahap akhir konseling (tahap
tindakan)
BAB
III
PENDEKATAN-PENDEKATAN KONSELING
Pendekatan
konseling (counseling approach)disebut juga teori konseling merupakan dasar
dari suatu praktek konseling. Pendekatan itu dirasakan penting karena $jika
dapat dipahami berbagai pendekatan atau teori konseling, akan memudahkan dalam
menentukan arah proses konseling. Akan tetapi untuk
kondisi Indonesia memilih suatu pendekatan secara fanatic dan kaku adalah
kurang bijaksana.
Untuk mengatasi hal tersebut maka
pendekatan yang dilakukan dalam konseling bukanlan pendekatan atau teori tunggal
(single theory) untuk semua kasus yang diselesaikan. Akan tetaoi harus dicoba
secara kreatif memilih bagian-bagian dari beberapa pendekatan yang relevan,
kemudian secara sintesis-analitik diterapkan pada kasus yang dihadapi. Pendekatan
seperti ini di namakan Creative-Synthesis-Analytic
(CSA). Allen E. Ivey (1980) menyebut pendekatan CSA ini dengan nama Eclectic Approach yaitu memilih secara
selektif bagian-bagian teori yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan
konselor. Artinya kita tidak memilih satu pendekatan saja untuk semua kasus,
akan tetapi memilih bagian-bagian teori yang berbeda secara selektif untuk
memanfaatkan terhadap kasus tertentu. Beberapa alasan dibawah ini dapat
dipertimbangkan.
1. Setiap teori mempunyai landasan
filosofis tertentu yang mungkin bertolak belakang dengan paham filsafat
Pancasila.
2. Kalau digunakan satu pendekatan saja
untuk semua kasus, dikhawatirkan konselornya akan kaku dan pemecahan masalah
belum tentu tuntas.
3. Dengan pendekata satu teori saja,
kemungkinan koselor akan memaksakan diri dan mencocok-cocokkan teori tesebut terhadap kasus. Hal ini bisa
menyebabkan konseling berantakan dan klien lari.
4. Cara CSA membuat konselor lebih
kreatif dan luas wawasannya
5. Dapat memilih secara
kreatif-analitik beberapa aliran konseling atau aspek-aspek dari aliran itu
yang relevan dengan kasus yang akan dibantu.
Pendekatan CSA mirip dengan Rational Approach yang dikemukakan oleh C.H. Petterson 1980). Dari
penjelasan tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Pendekatan Rasional (Rational Approach) yang telah
dikemukakan mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1. Bersifat
logic dan intelektual dalam proses konseling serta solusi terhadap masalah.
2. Pendekatan
tersbut sederhanan dalam hakekatnya.
3. Menggunakan
teknik konseling yang berfariasi.
4. Lain
masalah lain juga teknik, sesuai dengn pilihan konselor berdasarkan relevansinya
dengan kasus.
A.
Pendekatan Psikoanalisis
Aliran
Psikoanalisis dipelopori oleh seorang dokter psikiatri yaitu Sigmund Freud pada
tahun 1896. Yang mengemukakan pandangannya bahwa kejiwaan manusia sebagian
besar terdiri dari alam ketaksadaran. Sedangkan alam kesadarannya dapat
diumpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah laut. Sebagian besar gunung
es yang terbenam itu diibaratkan alam ketaksadaran manusia.
Pengertian
Psikoanalisis mencakup tiga aspek yaitu sebagai metode penelitian proses-proses
psikis, sebagai suatu teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis, sebagai
teori kepribadian.
Didalam
geraknya, Psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip, yakni:
1) Prinsip konstansi, artinya kehidupan
psikis manusia cenderung untuk mempertahan kan kuantitas konflik psikis pada
taraf yang serendah mungkin, atau $setidak-tidaknya taraf yang stabil.
2) Prinsip kesenangan, artinya
kehidupan psikis manusia cenderung menghindarkan ketidaksenangan dan sebanyak
mungkin memperoleh kesenangan (pleasure principle).
3) Prinsip
realitas, yaitu prinsip kesenangan yang sesuai dengan keadaan nyata.
1. Dinamika Kepribadian
Struktur kepribadian menurut Freud
terdiri dari id, ego, dan super eg. Id merupakan aspek biologis
yang mempunyai energy yang dapat mengaktifkan ego dan super ego. Energi
yang meningkat dari id sering
menimbulkan ketegangan dan rasa tidak enak.
Sedangkan super ego berperan untuk mengatur agar ego bertindak sesuai moral masyarakat. Disamping itu super ego berfungsi untuk merintangi
dorongan-dorongan (impuls) id terutama dorongan seksual dan agresivitas yang
bertentangan dengan moral dan agama.
Freud menyebutkan bahwa id adalah system orisinil kepribadian
yang berfungsi untuk menghindarkan ketakenakan untuk mendapat kenikmatan. Id mempunyai dua cara yakni:
1. Gerakan reflex (reflex action) misalnya mata berkedip,
bersin, dan sebagainya.
2. Proses
primer (the primery process) yaitu
menghilangkan ketegangan dengan cara membayangkan makanan, noctural dream (mimpi basah) yang merupakan penyaluran keinginan
seksual.
Freud yang dipengaruhi oleh Filsafat
Determinisme dan Positivisme abad XX, menganggap manusia sebagai suatu kompleks
system energy yang mendapat energy dari makanan. Energy itu dapat berpindah.
Atas dasar itu maka energy psikis dapat pindah kedapa energy filosofis dan
sebaliknya. Sebagai titik temu energy tubuh dengan kepribadian adalah id. Id mengandung insting yang mendinamiskan
kepribadian.
Pada bagian dibawah ini akan
diuraikan lebih jauh mengenai insting dan kecemasan.
a. Insting
Insting adalah suatu pernyataan
psikologis dari suatu sumber perangsang somatis (badaniah) yang
di bawa sejak lahir
Freud
mengelompokkan insting atas dua jenis yakni:
1) Insting
hidup adalah kumpulan libido yang mendorong kehidupan manusia, seperti libido
seksual dan libido lapar dan haus.
2) Insting
mati (insting destruktif) yaitu keinginan manusia untuk menyiksa diri atau
orang lain, dan keinginan untuk mati (bunuh diri).
b. Kecemasan
Dorongan
untuk pemuasan kebutuhan sebagian besar menguasai dinamika kepribadian
individu. Freud mengemukakan tiga macam kecemasan yaitu:
1) Kecemasan
realistis yaitu takut akan bahaya yang dating dari luar, cemas atau takut ini
bersumber dari ego.
2) Kecemasan
neurotis yaitu kecemasan yang bersumber dari
id, kalau-kalau insting tidak di kendalikan sehingga menyebabkan orang
berbuat sesuatu yang dapat dihukum.
3) Kecemasan
moral yang bersumber pada sumber ego,
kecemasan ini dinamakan kecemasan kata hati.
Freud
mengatakan bahwa masa kanak-kanak dalah ayah dari manusia. Perkembangan
kepribadian individu terjadi melalui respon terhadap sumber-sumber ketegangan
yaitu: 1) Sumber ketegangan dari proses perkembangan fisiologis; 2) Frustasi;
3)Konflik; 4) Ancaman
Sebagai
akibat dari sumber-sumber ketegangan itu maka individu belajar cara-cara baru
untuk menghilangkan ketegangan yaitu identifikasi dan pemindahan objek
(displacement).
2. Proses
Konseling
Berikut
ini akan diuraikan gari-garis besar proses konseling psikoanalisis dengan
jabarannya
a. Tujuan
konseling
Tujuan
konseling aliran psikoanalis adalah untuk membentuk kembali struktur
kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal yang tak disadari menjadi
sadar kembali.
b. Fungsi
konselor
Konseling
psikoanalisis mempunyai ciri unik unik dalam proses konselornya, yaitu konselor
bersikap anonym artinya konselor
berusaha tak dikenal klien, dan bertindak sedikit sekali memperlihatkan
perasaan dan pengalamannya. Tujuannya agar klien dengan mudah memantulakn
perasaan kepada konselor.
Fungsi
konselor adalah mempercepat proses kesadaran hal-hal yang tersimpan dalam
ketaksadaran klien yang dilindunginya dengan cara tranferensi itu.
c. Proses
konseling
Secara
sistematis proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase-fase konseling
dapat diikuti berikut ini.
1) Membina
hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
2) Tahap
krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dam melakukan transferensi.
3) Tilikan
tehadap masalalu klien terutama pada masa kanak-kanaknya.
4) Pengembangan
resistensi untuk pemahaman diri.
5) Pengembangan
hubungan transferensi klien dengan
konselor.
6) Melanjutkan
lagi hal-hal yang resistensi.
7) Menutup
wawancara konseling.
d. Teknik
konseling
Ada lima teknik dasar dari konseling psikoanalisis
adalah:
1) Asosiasi bebas
Yaitu klien diupayakan untuk
menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran
sehari-hari selama ini, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa
lalunya.
Tujuan teknik ini adalah untuk
mengungkapkan pengalaman masa lalu dam menghentikan emosi-emosi yang
berhubungan dengan pengalaman traumatic yang lampau.
2) Interpretasi
Adalah teknik yang digunakan oleh
konselor untuk menganalisis asosialsi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi
klien.
Tujuannya adalah agar ego klien dapat mencerna materi baru dan
mempercepat proses penyadaran.
3) Analisis mimpi
Yaitu suatu teknik untuk membuka
hal-hal yang tak disadari dan member kesempatan klien untuk menilik
masalah-masalah yang belum terpecahkan.
4) Analisis resistensi
Analisis tesistensi ditujukan untuk menyadarkan
klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensinya.
5) Analisis transferensi
Konselor mengusahakan agar klien
mengembangkan transferensinya agar terungkap neurosisnya terutama pada usia
selama lima tahun pertama dalam hidupnya.
B.
Terapi Terpusat Pada Klien
Client-Centered Therapy sering juga disebut Psikoterapi Nn-Directive adalah suatu
metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor
dengan klien.
Ciri-ciri
terapi ini adalah:
1) Ditujukan kepada klien yang sanggup
memecahkan masalahnya agar tercapai kepribadian yang terpadu.
2) Sasaran konseling adalah aspek emosi
dan perasaan $feeling), bukan
segi intelektualnya.
3) Titik
tolak konseling adalah keadaan individutermasuk kondisi social-psikologis masa
kini, dan bukan pengalaman masa lalu.
4) Proses
konseling bertujuan untuk menyesuaikan antara ideal-self dengan actual-self.
5) Peranan
yang aktif dalam konseling dipegang oleh klien, sedangkan konselor adalah pasif-reflektif.
1. Tujuan konselor
Terapi ini dikembangkan oleh Carl
Ransom Rogers pada tahun 1942 bertujuan untuk membina kepribadian klien secara
intelektual, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah
sendiri.
Kepribadian yang integral adalah
struktur kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai antara gambaran tentang
diri yang ideal (ideal-self)
dengan kenyataan diri sebenarnya (avktual-self).
Untuk
mencapai tujuan itu diperlukan beberapa syarat yakni:
1) Kemampuan dan keterampilan teknik
konselor
2) Kesiapan klien untuk menerima
bimbingan
3) Taraf intelegensi klien yang
memadai.
2. Proses konseling
Berikut
ini akan di kemukakn tahap-tahap konseling Terapi terpusat Pada Klien.
1) Klien datang pada konselor atas
kemauan sendiri.
2) Situasi konseling sejak awal harus
menjadi tanggung jawab klien.
3) Konselor memberanikan klien agar ia
mampu mengemukakan perasaanya.
4) Konselor menerima perasaan klien
serta memahaminya.
5) Konselor berusaha agar klien dapat
memahami dan menerima keadaan dirinya.
6) Klien menentukan pilihan sikap dan
tindakan yang akan diambil (perencanaan).
7) Klien
merealisasikan pilihannya itu.
3. Teknik konseling
Penekanan masalah ini adalah dalam
hal filosofis dan sikap konselor ketimbang teknik. Pelaksanaan teknik konseling
amat diutamakan sifat-sifat konselor berikut:
1) Acceptance
artinya konselor menerima klien
sebagai mana adanya dengan segala masalahnya.
2) Congruence
artinya karakteritik konselor adalah
terpadu, sesuai kata dengan perbuatan, dan konsisten.
3) Understanding
artinya konselor harus dapat secara
akurat dan memahami secara empati dunia klien sebagai mana dilihat dari dalam
diri klien itu.
4) Nonjudgmental
artinya tidak member penilaian
terhadap klien, akan tetapi konselor selalu objektif.
C.
Terapi Gestalt
Terapi
ini dikembangkan oleh Frederick S. Pearl
(1894-1970) yang
didasari oleh empat aliran yakni psikoanalisis, fenomenologis, dan
eksistensialisme serta psikologi gestalt.
Menurut Pearls banyak sekali
manusia yang mencoba menyatakan apa yang seharusnya dari pada menyatakan apa
yang sebenarnya. Perbedaan aktualisasi gambaran diri dan aktualisasi diri benar
benar merupakan kritis pada manusia itu.
1. Tujuan konseling
Menurut teori gestalt tujuan
konseling adalah untuk membantu klien menjadi individu yang merdeka dan berdiri
sendiri. Untuk mencapai tujuan itu di perlukan:
1) Usaha membantu penyadaran klien
tentang apa yang dilakukan.
2) Membantu penyadaran tentang tentang
siapa dan hambatan dirinya.
3) Membantu klien untuk menghilangkan
hambatan dalam pengembangan penyadaran diri.
2. Landasan Bagi Proses Konseling
Proses konseling mengikuti lima hal
yang penting sebagai berikut:
1) Pemolaan (patterning)
Pemolaan terjadi pada awal konseling
yaitu situasi yang tercipta setelah konselor memperoleh fakta atau penjelasan
mengenai sesuatu gejala atau suatu permohonan bantuan, dan konselor segera
memberikan jawaban.
2) Pengawasan (control)
Kontrol
merupakan kemampuan konselor untuk meyakinkan atau memaksa klien untuk mengikuti prosedur konseling yang telah
disiapkan konselor yang mungkin mencakup variasi kondisi. Dua aspek penting
dalam kontrol yaitu motivasi dan rapport.
3) Potensi
Yaitu usaha konselor untuk
mempercepat terjadinya perubahan perilaku dan sikap serta kepribadian. Hal ini
bisa terjadi dalam hubungan konseling yang bersifat terapeutik.
4) Kemanusiaan
Kemanusiaan
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Perhatian dan pengenalan konselor
terhadap klien secara pribadi dan emosional.
b) Keinginan konselor untuk mendampingi
dan mendorong klien pada respon emosional atau menjelaskan pengalamannya.
c) Kemampuan konselor untuk memikirkan
pikiran kearah kepercayaan konseli dan membutuhkan dorongan dan pengakuan.
d) Keterbukaan konselor yang kontinu
sehingga merupakan modal bagi klien untuk perubahan perilaku.
5) Kepercayaan
Saat
konseling diperlukan kepercayaan termasuk:
a) Perhatian dan pengenalan konselor
terhadap diri sendiri dalam hal jabatan.
b) Kepercayaan konselor terhadap diri
sendiri untuk menangani klien secara individual.
c) Kepercayaan diri untuk mengadakan
penelitian dan pengembangan.
3. Proses: Perubahan Perilaku Klien
1) Transisi
Yaitu keadaan klien dari selalu ingin dibantu oleh
lingkungan kepada keadaan berdiri sendiri. Artinya kepribadiannya tak sempurna,
ada bagian yang hilang.
2) Avoidance
dan Unfinished Business
Yang
termasuk kedalam unfinished business
ialah emosi-emosi peristiwa-peristiwa, pemikiran-pemikiran yang terlambat di
kemukakan klien. Avoidance adalah
segala sesuatu yang digunakan klien untuk lari dari unfinished business. Bentuk unfinished
business adalah phobia, escape, ingin
mengganti konselor.
3) Impasse
yaitu individu atau konseling yang
bingung, kecewa, terhambat,
4) Here
and Now yaitu
penanganan kasus adalah disini dan masa kini.
4. Proses dan Fase Konseling
1) Fase I. membentuk pola pertemuan
terapeutik agar terjadi situasi yang memungkinkan perubahan perilaku klien.
2) Fase II. Pengawasan, yaitu usaha
konselor untuk meyakinkan klien untuk mengikuti prosedur konseling.
3) Fase III. Mendorong klien untuk
mengungkapkan perasaan-perasaan dan kecemasannya.
4) Fase IV (terakhir).
Setelah terjadi pemahaman diri maka dapa fase ini klien harus sudah memiliki
kepribadian yang integral sebagai manusia individu yang unik.
D.
Terapi Behavioral
Terapi
behavioral berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dan Ivan Pavlov dan
Skinnerian dari B.F. Skinner. Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958)
untuk menanggulangi (treadment)
neurosis.
Dasar-dasar terapi behavioral
adalah bahwa perilaku dapat dipahami sebagai hasil kombiasi: 1) belajar waktu
lalu dalam hubungannya dengan keadaanya yang serupa; 2) keadaan motivasional
sekarang dan efeknya terhadap kepekaan terhadap lingkungan; 3)
perbedaan-perbedaan biologic baik secara genetic atau karena gangguan
fisiologik.
Dalam hal ini Skinner walaupun di
pengaruhi teori S-R, tetapi dia punya pengangan tersendiri mengenai perilaku,
yaitu:
1) Respon
tidak perlu selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh
pengaruh reinforcement (penguatan).
2) Lebih
menekankan pada studi subjek individual ketimbang generalisasi kecenderungan
kelompok.
3) Menekankan
pada penciptaan situasi tertentu terhadap terbentuknya perilaku ketimbang
motivasi dalam diri.
1. Tujuan
konseling
Tujuan
konseling behavioral adalah untuk membantu lien membuang repon-respon yang
lama, yang merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih
sehat. Pendekatan terapi ini ditandai oleh:
1) Fokusnya
pada perilaku yang tampak dan spesifik.
2) Kecermatan
dan penguraian tujuan-tujuan treatment (perlakuan)
3) Formulasi
prosedur treatment khusus sesuai
dengan masalah khusus.
4) Penilaian
objektif mengenai hasil konseling.
2. Hubungan
Klien dan Konselor
Dalam hubungan konselor dengan klien beberapa hal
dibawah ini harus dilakukan:
1) Konselor
memahami dan menerima klien.
2) Keduanya
berkerjasama.
3) Konselor
memberikan bantuan dalam arah yang diinginkan klien.
3. Teknik-teknik
Konseling
Berikut ini dikemukakan beberapa teknik konseling
behavioral
1) Desensitisasi
sistematik
Teknik ini dikembangkan oleh Wolpe
yang mengatakan bahwa perilaku neurotic adalah
ekspresi dari kecemasan.teknik ini bermaksud mengajar klien untuk memberikan
respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami klien.
2) Assertive training
Assertive
training merupakan teknik dalam konseling behavioral yang
menitik beratkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak
sesuai dalam menyatakannya.
Didalam
assertive training konselor berusaha memberikan keberanian kepada
klien dalam mengatasi kesuliata terhadap orang lain.
3) Aversion therpy
Teknik ini bertujuan untuk
menghukum pirilaku yang negarif dan memperkuat perilaku positif. Hukuman bisa
berupa kejutan listrik, atau memberi ramuan yang membuat orang muntah.
4) Home-work
Yaitu suatu latihan rumah bagi
klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu. Caranya
ialah dengan member tugas rumah untuk satu minggu.
E.
Logo
Therapy Frankl
Terapi logo dikembangkan oleh
Frankl pada tahu 1938 ketika ia menjadi tawanan di kamp nazi bersama dengan
tawana yahudi lainya.
Kebebasan fisik boleh dirampas,
tetapi kebebasan rohani tak akan hilang dan terampas, dan hal itu menimbulkan
kehidupan itu bermakna dan bertujuan.
Makna hidup itu harus dicari oleh
manusia. Dalam makna tersebut tersimpan nilai-nilai yaitu: 1) nilai kreatif; 2)
nilai pengalaman; 3) nilai sikap.
1. Tujuan
Terapi
Terapi
ini bertujuan agar dalam masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna
dan penderitaan dan kehidupan serta cinta.
2. Teknik
Konseling
Terapi
ini masih menginduk kepada aliran psikoanalisis, akan tetapi menganut paham
eksistensialisme. Mengenai teknik konseling, digunakan semua teknik yang
kiranya sesuai dengan kasus yang sering dihadapi.
F. Rational
Emotive Therapy (RET)
RET
dikembangkan oleh seorang eksistensialis Albert Ellis pada tahun 1962.
Sebagaimana diketahui aliran ini dilatarbelakangi oleh filsafat
eksistensialisme yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya.
RET
yang menolak pandangan aliran psikoanalisis berpandangan bahwa peristiwa dan
pengalaman individu menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Menurut Ellis
bukanlah pengalam atau peristiwa eksternal yang menimbulkan emosional, akan
tetapi tergantung pada pengertian yag diberikan terhadap peristiwa atau
pengalaman itu.
Konsep
dasar RET yang dikembangkan oleh Albert Ellis adalah sebagai berikut:
1) Pemikiran
manusia adalah penyebab dasar dari gangguan emosional.
2) Manusia
mempunyai potensi pemikiran rasional dan irrasional.
3) Pemikiran
irrasional bersumber pada disposisi biologis lewat pengalaman masa kecil dan
pengaruh budaya.
4) Pemikiran
dan emosi tak dapat dipisahkan.
5) Berpikir
logis dan tidak logis dilakukan dengan simbol-simbol bahasa.
6) Pada
diri manusia sering terjadi self-verbalizition.
7) Pemikiran
tak logis-irrasional dapat dikembalikan kepada pemikiran logis dengan
reorganisasi persepsi.
1. Tujuan
terapi
RET
bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir,
keyakinan serta pandangan klien yang irrasionalmenjadi rasional, sehingga ia
dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal.
2. Proses
Terapi
a) Konselor
berusaha menunjukkan klien kesulitan yang dihadapi sangat berhubungan dengan
keyakinan irrasional dan menunjukkan bagaimana klien harus bersikap rasional
dan mampu memisahkan keyakinan irrasional dan rasional.
b) Setelah
klien menyadari gangguan emosi yang bersumberdari pemikiran irrasional, maka
konselor menunjukkan pemikiranb klien yang irrasional, seta klien berusaha
mengubah kepada keyakinan menjadi rasional.
c) Konselor
berusaha agar klien menhindarkan diri dari ide-ide irrasionalnya, dan konselor
berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri.
d) Proses
terakhir konseling adalah konselor berusaha menantang klien untuk mengembangkan
filosofis kehidupan yang rasional, dan menolak kehidupan yang rasional, dan
menolak kehidupan yang irrasional dan fiktif.
3. Teknik-teknik
Konseling
Layanan RET
terdiri atas layanan individual dan layanan kelompok.sedangkan teknik-teknik
yang digunakan banyak dari terapi behavioral.
BAB
IV
KARAKTERISTIK
KLIEN
A.
Memahami
Klien
Shertzer and Stone (1987)
mengemukakan bahwa keberhasilan dan kegagalan proses konseling ditentukan oleh
tiga hal yaitu: 1) kepribadian klien; 2) harapan klien; 3)
pengalaman/pendidikan klien.
1. Kepribadian
Klien
Aspek-aspek
kepribadian klien adalah sikap, emosi, intelektual, motivasi, dan sebagainya.
Jika
perasaan-perasaan klien dikeluarkan dengan leluasa baik secra verbal maupun
dalam bentuk perilaku nonverbal, dengan jujur, maka kecemasan klien akan menurun, dia merasa lega. Bila keadaan ini
terjadi berarti jiwa klien sudah tenang dan pikirannya jadi jernih.
2. Harapan
Klien
Shertzer
dan Stone (1980) mengemukakan bahwa secara umum harapan klien adalah agar
proses konseling dapat menghasilkan pemecahan persoalan pribadi mereka.
Termasuk dalam permasalahan pribadi itu adalah: dapat menurunkan atau
menghilangkan stress, memberikan kemampuan untuk bisa mengadakan pilihan, menjadikan
dirinya popular dari sebelumnya, menjadikan hubungan dengan orang lain lebih
baik dan bermakna, agar bisa di terima di perguruan tinggi bermutu, mendapat
beasiswa atau mendapat dana bantuan dari perusahaan.
Terjadinya
deskrepansi antara harapan dan
kenyataan, mungkin dapat membuat klien kecewa, sehingga bisa membuat dia putus
hubungan konseling selanjutnya (drop out-DO) dimana klien tidak dating lagi
pada proses konseling berikutnya.
3. Pengalaman
dan Pendidikan Klien
Hal
ini sangat mementukan atas keberhasilan proses konseling.sebab dengan
pengalaman dan pendidikan tersebut, klien akan mudah menggali dirinya sehingga
persoalannya makin jelas dan upayapemecahan semakin terarah. Pengalaman yang
dimaksud adalah pengalaman dalam konseling, wawancara, berkomunikasi,
berdiskusi, pidato, ceramah, mangajar/melatih, keterbukaan dalam suasana
demokratis dikeluarga/kantor/sekolah, dan sebagainya.
B.
Aneka
Ragam Klien
Setelah memahami klien dengan latar
belakangnya, maka selanjutnya kita akan memahami pula aneka ragam atau jenis
klien. Jika seorang klien dating kepada konselor tentu ada maksud yang
terkandung didalam hatinya.
Berikut ini akan diuraikan berbagai
jenis atau ragam klien yang akan dihadapi konselor:
1. Klien
sukarela
Klien sukarela
artimya klien yang hadir di ruang konselingatas kesadaran diri, berhubung ada
maksud dan tujuannya. Secara umum dapat kita kenali ciri-ciri klien surarela
sebagai berikut: 1) Hadir atas kehendak sendiri; 2) Segera dapat menyesuaikan
diri dengan konselor; 3) Mudah terbuka, seperti segera mengatakan persoalannya;
4) Bersungguh-sungguh mengikuti proses konseling; 5) Berusaha mengemukakan
sesuatu yang jelas; 6) Sikap bersahabat, mengharapkan bantuan; 7)Bersedia
mengungkap rahasia walaupun itu menyedihkan.
2. Klien
Terpaksa
Klien terpaksa adalah klien yang
hadirnya diruang konseling bukan atas keinginannya sendiri. Karakteristik klien
terpaksa: 1) Enggan berbicara; 2) Curiga terhadap konselor; 3) Bersifat
tertutup; 4) Kurang bersahabat; 5) Menolak secara halus bantuan konselor.
3. Klien
Enggan
Salah satu bentuk klien enggan
adalah yang banyak bicara. Upaya yang bisa dilakukan menghadapi klien seperti
ini adalah: 1) menyadarkan akan kekeliruannya; 2) member kesempatan agar dia
dibimbing oleh orang lain saja, atau mencari lawan bicara yang lain.
4. Klien
Bermusuhan/Menentang
Klien
yang terpaksa yang bermasalah cukup serius, bisa menjelma menjadi klien
bermusuhan. Sifat-sifatnya adalah: 1) tertutp; 2)menentang; 3) bermusuhan; 4)
menolak secara terbuka.
5. Klien
Krisis
Yang dimaksud dengan klien krisis
adalah jika seseorang menghadapi musibah seperti kematian (orang tua,
pacar/istri, anak yang dicintai), kebakaran rumah, diperkosa, dan sebagainya
yang dihadapkan pada konselor untuk diberi bantuan agar dia menjadi stabil dan
mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang baru.
Beberapa gejala perilaku klien
krisis adalah: 1) tertutup/menutup diri dari dunia luar; 2) amat emosional, tak
berdaya, ada yang histeri; 3) kurang mampu berfikir rasional; 4) tidak mampu
mengurus diri dan keluarga; 5) membutuhkan orang yang amat dipercayai.
C.
Peran
Negosiasi dalam Konseling
Untuk
menghadapi klien menentang, terpaksa dan enggan perlu diadakan negosiasi
sebelum konseling yang sebenarnya. Syarat-syarat untuk dapat melaksanakan
negosiasi dengan bai, adalah sebagai berikut: 1) Kecerdasan dan wawasan yang
luas; 2) Keterampilan berbicara dan komunikasi yang menghargai; 3) Bersikap
ramah, murah senyum, sopan, cermat, dan empati; 4) Pemahaman yang memadahi
tentang subjek (individu) yang dihadapi; 5)Tidak membosankan, tidak memaksa,
tidak menyimpulkan, dan tidak mengecewakan orang lain.
BAB
V
KREATIVITAS
KONSELOR DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN
Suatu proses konseling
ditentukan oleh kehadiran konselor dalam melakukan wawancara konseling. Wawancara
konseling adalah suatu kegiatan yang unik dan berbeda sama sekali dari
wawancara biasa misalnya oleh para wartawan.tugas konselor dalam hal ini adalah
membantu klien menciptakan alternative-alternatif baru untuk bertindak.mengenai
kreativitas, beberapa teori konseling menjelaskan sebagai berikut:
1) Psikodinamika
dari Freud
Freud percaya bahwa mind (pikiran) terdiri dari tiga strata:
a) Conscious (kesadaran)
berhubungan dengan dunia nyata: analitik dan perbuatan sebagai suatu organizer (organisator) antara inner-self (dunia dalam) dan outer-self (dunia luar).
b) Unconscious (ketaksadaran)
adalah tempat penyimpanan pemikiran-pemikiran logis, irrasional, naluriah,
reaksi-reasi emosional, dan semua pengalaman-pengalaman sejak lahir.
c) Preconcious (ambang
sadar) tempat krusian dimana berada disini kreativitas. Ambang sadar ini
menyelidiki informasi-informasi yang relevan, menarik dan merangsang kedalam
dunia pikiran kesadaran, yang dapat digunakan dalam proses mengambil
keputusan-keputusan didunia kesadaran.
2) Teori
Behavioral tentang Kreativitas
Dua
tokoh behavioral yakni Reece dan Parnes (1975) mengembangkan program pelatihan
untuk pemecahan masalah secara kreatif. Walaupun kreatifitas adalah proses
mistik yang disediakan untuk unconscious,
tapi disediakan 28 buku untuk melatih komponen-komponen dari proses
kreatif.
Hasilnya
adalah bahwa kreativitas tidak harus dianggap sebagi suatu berkah yang aneh,
akan tetapi yang jelas merupakan keterampilan yang dapat diajarkan.
3) Teori
Psikologi Eksistensial-Humanistik
Carl Rogers
(1975) mengemukakan teori pertumbuhan alamiah terhadap aktualisasi dan
pertumbuhan diri untuk mencapai perkembangan potensial diri yang optimal. Dari
pandangan ini, manusia pada dasarnya secara ilmiah adalah kreatif. Dan peran
pelatih (guru) adalah mendorong agar siswa secara spontan kreatif.
A.
Posisi
Kreativitas dalam Proses Konseling
Konselor harus petama mendengarkan
dengan aktif terhadap klien dan memperhatikan kata-katanya dengan cermat dan
tepat yang disampaikan klien dengan sadar.berdasarkan informasi yang telah
disampaikan klien, konselor kemudian memunculkan definisi-devinisi alternative
dari problem yang dikemukakan dan memberikan alternative-alternatuf solusi,
membantu memutuskan suatu cara tindakan klien, dan memunculkan alternatif interpretasi
dari hasil yang mungkinterhadap perilaku yang diharapkan.
B.
Mengambil
Keputusan
Tugas konselor adalah upaya untuk
mempermembangkitkan alternative-alternatif, membantu klien menghilangkan
pola-pola lama yang tak baikmemudahkan terjadinya proses mengambil keputusan,
dan memnemukan solusi-solusi yang mengarah untuk memecahkan masalah. Terutama
pada tahap awal konseling dapat member keuntungan untuk mengambil keputusan,
karena di tahap ini konselor bersama klien dapat mendefinisikan masalah klien.
Dalam proses konseling ada tiga
tahapan konseling yaitu: 1) tahap mendefinisikan masalah (tahap awal); 2) tahap
atau fase bekerja dengan definisi masalah (tahap pertengahan); 3) tahap
keputusan untuk berbuat (action)-disebut
juga tahap akhir.
C.
Efektivitas
Konselor dalam Wawancara Konseling
Prose konseling yang intensional
(mendalam) dan efektif akan membantu klien untuk berkembang secara optimal.
Sebaliknya jika proses konseling berjalan tidak efektif dan kurang mendalam,
maka sudah dapat dipastikan akan gagal mencapai tujuan dan bahkan dapat merusak
klien.
Menurut hasil penelitian Hadley dan
Stupp (1976) faktor-faktor penyebab yang dapat merusak klien adalah: 1) terlalu
dalam konselor menggali klien; 2) konselor terlalu hati-hati dalam menggali
klien; 3) aplikasi teknik; 4) hubungan konseling; 5) masalah komunikasi; 6)
focus; 7) kelemahan konselor.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr
Wilis, Sofyans. 2004. Konseling
Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta,cv
R.Aj Rizky Wulan Amalia (058)
R.Aj Rizky Wulan Amalia (058)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar