Rabu, 04 April 2012

Makalah " Pelajar Tak Biasa ( Exceptional ) "


BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Pelajar yang tidak biasa (exceptional) adalah anak-anak yang memiliki gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya. Anak-anak yang tergolong memiliki ketidakmampuan dan gangguan adalah sebagai berikut: gangguan organ indra, gangguan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan emosional dan perilaku.
Sedangkan anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa atau yang sering disebut gifteddiartikan sebagai anak berbakat khusus. Istilah mengenai gifted atau berbakat ini memang sudah sering kita dengar, hanya saja klasifikasi atau kategori dari seorang anak yang dapat dikatakan sebagai anak gifted ini yang perlu kita cermati lebih mendalam.
Di tataran publik istilah gifted pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada tahun 1869. Gifted dalam pengertian yang diperkenalkan oleh Galton pada masa itu merujuk pada suatu bakat istimewa yang tidak lazim dimiliki oleh manusia biasa yang ditunjukkan oleh seorang individu dewasa. Titik tekan konsepsi keberbakatan istimewa menurut Galton ada pada berbagai bidang.
Menurut Galton keberbakatan istimewa ini adalah sesuatu yang sifatnya diwariskan. Artinya keberbakatan istimewa adalah sesuatu potensi yang menurun (genetically herediter). Anak-anak yang menunjukkan suatu bentuk bakat yang istimewa ini kemudian lazim disebut sebagai gifted children.
Keberbakatan yang berdasarkan sekolah biasanya melihat kemampuan relatif. Anak diidentifikasikan berdasarkan penampilannya membandingkan dengan teman sekelasnya. Umumnya pada anak berbakat, prestasi belajarnya juga tinggi. Tapi dapat pula ditemukan anak berbakat yang prestasinya tidak optimal bahkan sering kali bermasalah. Prestasi yang kurang ini sering dianggap karena faktor motivasi dan psikologis. Anak sering dianggap malas dan tidak bersungguh sungguh, dan sering kali orangtua disalahkan karena tidak menerapkan disiplin. Banyak penelitian menyebutkan, diantara anak berbakat tidak berprestasi karena mengalami kesulitan yang terselubung (Silverman 2002).
Perkembangan yang tidak sinkron dimaksud adalah perkembangan intelektual, fisik dan emosi tidak berjalan dengan kecepatan yang sama. Kemampuan intelektual selalu berkembang lebih cepat. Dengan adanya perkembangan yang tidak sinkron ini diperlukan modifikasi dalam hal pengasuhan baik oleh orangtua, guru maupun konselor agar anak dapat berkembang optimal.
B.       RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana karakteristik ketidakmampuan dan gangguan pada anak?
2.    Bagaimana aspek hukum, perencanaan, penempatan, dan penyediaan layanan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus?
3.    Apa yang dimaksud dengan bakat? dan bagaimana pendekatan mengajar anak-anak berbakat?
C.      TUJUAN
1.    Mendeskripsikan berbagai tipe ketidakmampuan dan gangguan.
2.    Menjelaskan kerangka hukum, perencanaan, penempatan, dan penyediaan layanan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus.
3.    Mendefiniskan arti bakat dan mendiskusikan beberapa pendekatan untuk mengajar anak –anak berbakat.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Karakteristik Anak yang Menderita Ketidakmampuan
Pelajar “yang tidak biasa” (exceptional) adalah anak-anak yang memiliki gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat.Disability atau ketidakmampuan adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Didalam bab ini akan kita kelompokkan dan jelaskan masing-masing ketidakmampuan dan gangguan (disorder) sebagai berikut :
Gangguan Organ Indra
Gangguan indra mencakup gangguan atau kerusakan penglihatan dan pendengaran.
a.       Kerusakan Penglihatan
Terdapat murid-murid yang mengalami problem penglihatan (visual) yang masih belum diperbaiki dan beberapa diantaranya menderita gangguan visual serius dan dikategorikan rusak penglihatannya, yang lebih dikenal dengan low vision dan murid buta.
Anak low vision dapat membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar.Anak yang “buta secara edukasional” tidak bisa menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar.Banyak anak buta memiliki kecerdasan normal dan berprestasi secara akademik apabila diberi dukungan dan bantuan belajar yang tepat. Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran) untuk membantu anak belajar dengan baik (Bowe,2000). Salah satu persoalan dalam pendidikan murid yang buta adalah rendahnya penggunaan huruf braille dan sedikitnya guru yang menguasai huruf braille dengan baik (Hallahan & Kauffman, 2003).
b.      Gangguan Pendengaran
Anak tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya.Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari dua kategori yaitu pendekatan oral dan manual. Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya. Pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling).Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata.Pengejaan jari adalah “mengeja” setiap kata dengan menandai setiap huruf dari satu kata.Pendekatan oral dan manual dipakai bersama untuk mengajar murid yang mengalami gangguan pendengaran (Hallahan & Kauffman, 2000).
Gangguan/ketidakmampuan Fisik
Gangguan fisik anak antara lain adalah gangguan ortopedik, seperti gangguan karena cedera otak (cerebral palsy), dan gangguan kejang-kejang (seizure). Banyak anak yang mengalami gangguan fisik ini membutuhkan pendidikan khusus dan pelayanan khusus, seperti transportasi, terapi fisik, pelayanan kesehatan sekolah dan pelayanan psikologi khusus.
a.       Gangguan ortopedik
Gangguan ortopedik biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot tulang maupun sendi.Tingkat keparahan gangguan ini bervariasi.Dengan bantuan alat adaptif dan teknologi pengobatan banyak anak yang menderita gangguan ortopedik bisa berfungsi normal di kelas (Boyles & Contadino, 1997).
b.      Cerebral palsy
Merupakan gangguan yang berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan bicaranya tidak jelas.Penyebab umum dari cerebral palsy adalah kekurangan oksigen saat kelahiran.Banyak anak yang menderita cerebral palsy bicaranya tidak jelas. Untuk anak seperti ini, synthesizer suara dan ucapan, papan komunikasi serta peralatan talking notes dan page turners dapat meningkatkan kemampuan komunikasi mereka.
c.       Gangguan kejang-kejang
Jenis yang paling kerap dijumpai adalah epilepsi yaitu gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang.Anak yang mengalami epilepsi biasanya dirawat dengan obat anti kejang yang biasanya efektif dalam mengurangi gejala tapi tidak menghilangkan penyakitnya.
Retardasi Mental
Makin banyak anak retardasi mental yang belajar di sekolah umum.Ciri utama retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual (Zigler, 2002). Selain intelegensinya rendah, anak dengan retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan susah berkembang. Keterampilan adaptif antara lain adalah keahlian memerhatikan dan merawat diri sendiri dan mengemban tanggung jawab sosial.
Berdasarkan definisinya, retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya dibawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. IQ rendah dan kemampuan beradaptasi yang rendah biasanya tampak sejak kanak-kanak, dan tidak tampak pada periode normal, dan keadaan retardasi ini bukan disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit atau cedera otak.
Retardasi mental diklasifikasikan menjadi retardasi ringan, moderat, berat dan parah.Individu dengan retardasi mental ringan masih banyak yang bisa bekerja dan mencari nafkah sendiri dengan dukungan pengawasan atau dukungan kelompok. Individu dengan retardasi mental berat membutuhkan lebih banyak dukungan, kemungkinan besar individu ini juga menunjukkan tanda-tanda komplikasi neurologis, seperti cerebral palsy, epilepsi, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan atau cacat bawaan metabolis lainnya yang mempengaruhi sistem saraf pusat (Terman, dkk., 1996).
a.       Retardasi mental disebabkan oleh faktor genetik dan kerusakan otak (Dykens, Hodapp, & Finucane, 2000). Dari faktor genetik, bentuk yang paling umum dari retardasi mental adalah down syndrome (Sindrom Down) yang ditransmisikan (diwariskan) secara genetik. Anak dengan sindrom down ini punya kromosom lebih (kromosom 47). Dengan intervensi dini dan dukungan ekstensif dari keluarga anak dan dari kalangan profesional, banyak anak dengan sindrom down bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri (Boyles & Contadino, 1997). Anak penderita sindrom down bisa termasuk dalam kategori retardasi ringan sampai berat (Terman, dkk., 1996).
b.      Selain sindrom down, ada tipe kedua dari retardasi mental yang diwariskan secara genetic yaitu Fragile X Syndrome. Sindrom ini diwariskan melalui kromosom X yang tidak normal, yang menyebabkan retardasi mental ringan sampai berat. Kerusakan otak dapat diakibatkan oleh bermacam-macam infeksi atau karena faktor lingkungan luar (DAS, 2000).
c.       Faktor lingkungan dari luar yang dapat menyebabkan retardasi mental antara lain adalah benturan di kepala, malnutrisi, keracunan, luka saat kelahiran atau karena ibu hamil kecanduan alcohol. Fetal Alcohol Syndrome (FAS) adalah serangkaian ketidaknormalan, termasuk retardasi mental dan ketidaknormalan wajah yang muncul dalam diri anak dari ibu yang kecanduan minuman beralkohol pada waktu hamil.
Gangguan Bicara dan Bahasa
Gangguan bicara dan bahasa antara lain masalah dalam berbicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara dan gangguan kefasihan bicara), dan problem bahasa (seperti kesulitan menerima informasi dan mengekspresikan bahasa).
Gangguan artikulasi
Gangguan artikulasi adalah problem dalam pengucapan suara secara benar.Anak penderita problem artikulasi mungkin sulit berkomunikasi dengan teman atau guru dan merasa malu.Akibatnya, anak enggan bertanya, tidak mau berdiskusi atau berkomunikasi dengan temannya.Problem artikulasi umumnya bisa diperbaiki dengan terapi bicara.
Gangguan suara
Gangguan suara tampak dalam ucapan yang tidak jelas, keras, terlalu kencang, terlalu tinggi, atau terlalu rendah.
Gangguan kefasihan
Gangguan kefasihan atau kelancaran bicara biasanya dinamakan “gagap”.Kondisi ini terjadi ketika ucapan anak terbata-bata, jeda panjang atau berulang-ulang.
Gangguan bahasa
Gangguan bahasa adalah kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak.Gangguan bahasa dapat menyebabkan problem belajar serius (Bernstein & Tigerman-Farber, 2002). Gangguan bahasa mencakup tiga kesulitan, antara lain:
1)      Kesulitan menyusun pertanyaan untuk memperoleh informasi yang diharapkan.
2)      Kesulitan memahami dan mengikuti perintah lisan.
3)      Kesulitan mengikuti percakapan, terutama ketika percakapan itu berlangsung cepat dan kompleks.
Bahasa reseptif adalah penerimaan dan pemahaman atas bahasa. Anak penderita gangguan bahasa reseptif akan kesulitan untuk menerima informasi. Informasi masuk tetapi otak akan sulit untuk memprosesnya secara efektif, yang menyebabkan anak kelihatan cuek atau bengong saja.
Bahasa ekspresif berkaitan dengan kemampuan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan pikiran dan berkomunikasi dengan orang lain. Beberapa anak bisa dengan mudah memahami apa yang diucapkan orang lain, namun mereka kadang kesulitan untuk memberi tanggapan atau mengekspresikan pendapatnya.
Gangguan / Ketidakmampuan Belajar
Berdasarkan definisinya, anak yang menderita gangguan belajar :
1.         Punya kecerdasan normal atau di atas normal;
2.         Kesulitan dalam setidaknya satu mata pelajaran bahkan lebih;
3.         Tidak memiliki problem atau gangguan lain seperti retardasi mental, yang menyebabkan kesulitan itu.
Konsep umum gangguan atau ketidakmampuan belajar mencakup problem dalam kemampuan mendengar, berkonsentrasi, berbicara, berpikir, memori, membaca, menulis, dan mengeja, dan atau keterampilan sosial (Kamphaus, 2000).Gangguan belajar sulit untuk didiagnosis (Bos & Vaughn, 2002).Ketidakmampuan untuk belajar sering kali mencakup kondisi yang bisa jadi berupa adanya problem mendengar, berkonsentrasi, berbicara, membaca, menulis, menalar, berhitung, atau problem interaksi sosial.Jadi, anak yang memiliki masalah gangguan belajar boleh jadi memiliki profil yang berbeda-beda (Henley, Ramsey, & Algozzine, 1999).Gangguan belajar mungkin berhubungan dengan kondisi medis seperti fetal alcohol syndrome (American Psychiatric Association, 1994).Gangguan belajar juga terjadi bersama dengan gangguan yang lainnya, seperti gangguan komunikasi dan gangguan perilaku emosional (Poloway dkk., 1997).
Bidang paling umum yang menyulitkan anak dengan gangguan belajar adalah aktivitas membaca, terutama keterampilan fonologis yang menyangkut cara memahami bagaimana suara dan huruf membentuk kata. Dyslexiaadalah kerusakan berat dalam kemampuan untuk membaca dan mengeja.Meningkatkan kemampuan anak yang mengalami masalah dalam belajar ini adalah tugas sulit dan umumnya membutuhkan intervensi intensif agar mereka mampu memberikan hasil yang baik.Belum ada model program yang terbukti efektif untuk semua anak yang memiliki masalah ketidakmampuan belajar ini (Terman, dkk., 1996).
Anak yang menderita ketidakmampuan belajar biasanya tidak terlalu tampak gejalanya, dapat berkomunikasi secara verbal dan tidak menarik diri dari lingkungan.Banyak intervensi difokuskan pada upaya meningkatkan kemampuan membaca si anak (Lyon & Moats, 1997).Sayangnya, tidak semua anak yang mempunyai masalah dalam belajar mendapat manfaat dari intervensi ini.Anak-anak yang lemah dalam penguasaan fonologi, yang membuatnya susah mengenali kata, biasanya merespon secara lebih lambat daripada anak-anak yang memiliki masalah membaca tingkat ringan (Torgesen, 1995).
Gangguan dalam kemampuan membaca telah menjadi target studi intervensi yang paling lazim karena ini adalah bentuk paling umum dari gangguan belajar. Gangguan ini juga mudah diidentifikasi dan mempresentasikan area gangguan belajar yang paling banyak kita ketahui (Lyon, 1996). Intervensi untuk tipe gangguan belajar lain telah diciptakan tetapi belum diriset secara ekstensif.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Attention Deficit Hyperactivity Disorderatau ADHD adalah bentuk ketidakmampuan anak yang ciri-cirinya antara lain:
a.       Kurang perhatian;
Anak yang kurang perhatian (inattentive) sulit berkonsentrasi pada satu hal dan mungkin cepat bosan mengerjakan tugas.
b.      Hiperaktif;
Anak hiperaktif menunjukkan level aktifitas fisik yang tinggi, hampir selalu bergerak.
c.       Impulsif.
Anak impulsif sulit mengendalikan reaksinya dan gampang bertindak tanpa pikir panjang.
Anak yang menunjukkan gejala ADHD bisa didiagnosis sebagai ADHD dengan kecenderungan lebih pada kekurangan perhatian, lebih hiperaktif / impulsif dan mempunyai kecenderungan lebih pada hiperaktif / impulsif. Tanda-tanda ADHD dapat muncul sejak usia prasekolah. Orang tua dan guru prasekolah (kelompok bermain) dan taman kanak-kanak mungkin mengetahui bahwa ada anak-anak yang sangat aktif dan konsentrasinya kurang. Banyak anak ADHD sulit diatur, kurang toleransi terhadap rasa frustasi dan punya masalah dalam berhubungan dengan teman sebaya.Karakteristik umum lainnya adalah ketidakdewasaan dan dekil.
Penting bagi guru dan orang tua untuk tidak memberikan pesan kepada anak bahwa obat itu adalah jawaban untuk semua kesulitan akademik mereka (Hallahan & Kauffman, 2000).Selain diberi obat, anak dengan ADHD harus diajak untuk bertanggung jawab atas perilaku mereka.
Gangguan Emosional dan Perilaku
Kebanyakan anak pernah mengalami gangguan emosional pada saat waktu tertentu pada masa sekolah.Gangguan perilaku dan emosional terdiri atas problem serius dan terus-menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah dan juga berhubungan dengan karakteristik sosioemosional yang tidak tepat.
Beberapa anak yang digolongkan memiliki gangguan emosional serius dan melakukan tindakan yang mengganggu, agresif membangkang dan membahayakan biasanya akan dikeluarkan dari sekolah (Terman, dkk., 1996). Para pakar gangguan emosional dan perilaku mengatakan bahwa jika anak-anak ini dikembalikan ke sekolah, baik guru kelas reguler maupun guru pendidik khusus atau konsultan harus meluangkan banyak waktu untuk membantu mereka beradaptasi dan belajar secara efektif (Hocutt, 1996).
Beberapa anak memendam problem emosional mereka.Depresi, kecemasan dan ketakutan mereka menjadi makin hebat dan menetap sehingga kemampuan mereka dalam belajar makin menurun. Depresi adalah jenis gangguan suasana hati (mood) dimana pengidapnya merasa dirinya tak berharga sama sekali, percaya bahwa keadaan tidak akan pernah membaik dan tampak lesu dan tidak bersemangat dalam jangka waktu yang lama. Terapi kognitif dan terapi obat biasanya efektif dalam membantu orang agar tidak terlalu tertekan (Beckham, 2000).
Kecemasan (anxiety) adalah perasaan yang tidak menentu sekaligus tidak menyenangkan (Kowalski, 2000).Anak pada umumnya pernah mengalami kecemasan saat menghadapi tantangan hidup, tetapi pada beberapa anak kecemasan itu berlebihan dan bertahan lama sehingga mengganggu prestasi sekolahnya.

B.     Pendidikan yang Berkaitan dengan Anak yang Menderita Ketidakmampuan
Isu Pendidikan Ynag Berkaitan Dengan Anak Ynag Menderita Ketidakmampuan
Aspek Hukum
Pada pertengahan 1960-an dan 1970-an,anggota dewan perwakilan,pengadilan federal, dan kongres AS mengakui hak anak yang menderita gangguan untuk mendapatkan pendidikan khusus. Pada 1975,kongres mengesahkan Public law 94-142,Education for All Handicapped of Children Act,yang mensyratkan agar semua murid dengan ketidakmampuan diberi pendidikan yang tepat dan gratis.
Individual with Disabilites Education Act ( IDEA )
Pada 1990,Public Law 94 – 142 diganti menjadi Individual with Disabilites Education Act ( IDEA ). IDEA menetapkan mandate luas untuk pelayanan bagi semua anak penderita ketidakmampuan. Mandate ini mencakup evaluasi dan determinasi eliglibitas,pendidikan yang tepat dan rancangan pendidikan yang disesuaikan dengan setiap anak,dan pendidikan dalam lingkungan yang tak terlampau ketat. Sekolah dilarang merancang program pendidikan tanpa evaluasi terlebih dahulu dan dilarang menentukan penerimaan berdasarkan persediaan tempat. Orang tua harus diundang untuk berpartisipasi dalam proses evaluasi. Penilaian ulang harus dilakukan setidaknya setiap tiga tahun sekali atau terkadang satu tahun skali jika diminta oleh para orang tua. Orang tua yang tidak setuju dengan evaluasi sekolah dapat mencari evaluasi indpenden dan harus dipertimbangkan oleh sekolah dalam memberikan layanan pendidikan khusus. Sekolah harus menyediakan layanan yang tepa bagi si anak. IDEA mensyaratkan agar murid yang menderita ktidakmampuan diberi rancanagn pendidikan yang disesuaikan dengan diri si anak (individualized education plan) atau IEP. IEP ini adalah pernyataan tertulis yang menyatakan sebuah program yang disusun  untuk anak yang menderita ketidakmampuan. Secara umum IEP harus : 1. Sesuai dengan kemampuan belajar anak,2. Disusun khusus  untuk memenuhi kebutuhan individual anak,tidak sekedar menyalin apa-apa yang sudah diberikan kepada anak lain,dan 3. Didesain untuk memberikan manfaat pendidikan. Pada 1997 dilakukan amandemen IDEA. Perubahannya antara lain penilaian atas dukungan perilaku positif dan perilaku fungsional. Perilaku positif difokuskan pada aplikasi intervensi perilaku positif yang tepat secara cultural untuk menghasilkan perubahan perilaku anak. Penilaian perilaku funsional adalah menilai konsekuensi,,anteseden,dan setting kejadian.
Least Retrictive Environment ( LRE )
Dalam IDEA, anak yang mempunyai ketidakmampuan harus dididik dalam lingkungan dengan retriksi minimal ( LRE ). Ini sebuah setting yang mirip dengan setting tempat mendidik anak yang normal. Ketentuan IDEA ini memberi dasar hokum untuk mendidik anak yang tidakkemampuan di kelas regular. Pendidikan anak ketidakmampuan di kelas regular dinamakan mainstreaming. Namun istilah itu kini diganti dengan inklusi, yang berarti mendidik anak dengan pendidikan special di kelas regular. Sekolah harus menyediakan inklusi untuk anak dengan ketidakkemampuan. Prinsip LRE memaksa sekolah  untuk mengkaji modifikasi kelas regular sebelum memindahkan anak dengan ketidakmampuan ke tempat yang lebih restriktif. Guru kelas regular juga perlu training khusus.
Beberapa ahli percaya bahwa program terpisah juga dapat lebih efektif dan tepat bagi anak penderita ketidakmampuan. Riset terhadap hasil inklusi menunujukkan kesimpulan berikut. ( Hocutt,1996 ) :
1.      Kesuksesan akademik dan social anak
2.      Anak dengan gangguan emosional berat
3.      Anak dengan gangguan pendengaran
4.      Anak dengan retardasi mental yang dapat dididik
5.      Anak yang tidak mengalai gangguan.
Penempatan dan Pelayanan
Anak penderita ketidakmampuan dapat ditempatkan di berbagai setting,dan serangkaian pelayanan dapat dipakai untuk meningkatkan pendidikan mereka.

Penempatan
Penempatan anak dengan ketidakmampuan ini disusun dari tempat yang kurang restriktif sampai ke yang paling restriktif ( Deno,1970 ):
a.       Kelas regular dengan dukungan pengajaran tambahan di kelas regular
b.      Sebagian waktu dihabiskan di ruang sumber daya
c.       Penempatan full time dalam kelas pendidikan khusus
d.      Sekolah khusus
e.       Instruksi rumah
f.       Instruksi di rumah sakit atau institusi lain
Pelayanan
Pelayanan untuk anak dapat disediakan oleh guru kelas regular,guru sumber daya,guru pendidikan khusus, konsultan kolaboratif,professional lain,atau tim interaktif
Guru kelas regular.
Dengan meningkatnya inklusi,guru kelas regular bertanggung jawab memberikan lebih banyak pendidikan anak yang menderita ketidakmampuan belajar ketimbang di masa lalu. Teaching Strategis dapat membantu memberikan pendidikan yang lebih efektif kepada anak penderita ketidakmampuan.
Teaching Strategies
1.      Jalankan rencana pendidikan individual untuk setiap anak
2.      Dorong sekolah anda untuk memberikan tambahan dukungan dan training cara mengajar anak penderita ketidakmampuan
3.      Gunakan dukungan yang tersedia
4.      Pelajari dan pahami tipe-tipe anak dengan ketidakmampuan di kelas anda
5.      Berhati-hatilah dengan member label anak yang mengalami ketidakmampuan
6.      Penuh perhatian,menerima,dan sabar
7.      Bantu anak yang tidak menderita ketidakmampuan untuk menerima anak yang menderita ketidakmampuan
8.      Selalu cari informasi tentang teknologi terbaru
Guru sumber daya
Guru sumber daya dapat memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi banyak anak yang mengalami ketidakmampuan. Dalam banyak situasi,guru sumber daya bertugas untuk meningkatkan anak-anak dalam kemampuan membaca,menulis,atau matematika.
Guru pendidikan khusus
Beberapa guru telah memperoleh pelatihan ekstensif dalam pendidikan khusus dan mengajar anak penderita ketidakmampuan dalam kelas pendidikan khusus yang terpisah. Beberapa anak menghabiskan waktu denga guru pendidikan khusus dan sebagian di kelas umum.guru pendidikan khusus mengemban tanggung jawab yang lebih besar.
Pelayanan terkait
Selain guru, ada sejumlah personel pendidikan khusus lainnya yang memberikan pelayanan pendidikan anak yang menderita ketidakmampuan. Mereka antara lain asisten guru,psikolog,konselor,pekerja social sekolah, perawat, dokter, terapis, audiologist,dan lain-lain
Konsultasi kolaboratif dan tim interaktif.
Dalam dua dekade terakhir ini,para pakar pendidikan untuk anak yang menderita ketidakmampuan semakin mendukung konsultasi kolaboratif. Dalam konsultasi kolaboratif orang dengan beberapa keahlian akan berinteraksi untuk memberikan pelayanan bagi anak. Kini banyak dipakai istilah interactive teaming. Anggota tim adalah kalangan professional dan orang tua untuk memberikan pelayanan langsung dan tidak langsung kepada anak.

Orang Tua sebagai Mitra Pendidikan
Individual with Disabilities Education Act ( IDEA ) mewajibkan partisipasi orang tua dalam pengembangan program pendidikan untuk semua anak tidak ketidakmampuan.
Teknologi
IDEA termasuk amandemennya menyatakan bahwa perangkat teknologi bisa disediakan untuk murid penderita ketidakmampuan demi memastikan pendidikan yang gratis dan tepat. Dua tipe teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendidikan anak penderita ketidakmampuan adalah teknologi pengajaran dan teknologi asistensi. Teknologi pengajaran berupa berbagai tipe hardware dan software,dikombinasikan dengan merode pengajaran yang inovatif,untuk mengakomodasi kebutuhan belajar dikelas. Teknologi asistensi berupa beragam perangkat dan pelayanan yang membantu murid penderita ketidakmampuan agar bisa berkomunikasi di lingkungan mereka. Contoh : alat bantu komunikasi, keyboard computer alternative,dan lain-lain.

C.   Anak-Anak Berbakat
Anak berbakat adalah seseorang yang memiliki kemampuan yang superioritas atau seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi. Terman yang menggunakan inteligensi sebagai kriteria tunggal untuk mengidentifikasikan anak berbakat yaitu IQ 140 (Munandar, 2002). Konsep lain tentang keberbakatan yang sampai sekarang banyak digunakan dalam mengidentifikasi siswa berbakat di Indonesia adalah dari Renzulli, dkk (1981). Menurut definisi yang dikemukakan Renzulli yang lebih dikenal dengan “The Three Ring Conception“(dalam Munandar, 2002) anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang terdiri dari: Kemampuan di atas rata-rata, kreativitas dan komitmen terhadap tugas yang tinggi.
Umumnya pada anak berbakat, prestasi belajarnya juga tinggi. Tapi dapat pula ditemukan anak berbakat yang prestasinya tidak optimal bahkan sering kali bermasalah. Prestasi yang kurang ini sering dianggap karena faktor motivasi dan psikologis. Anak sering dianggap malas dan tidak bersungguh sungguh, dan sering kali orangtua disalahkan karena tidak menerapkan disiplin. Banyak penelitian menyebutkan, diantara anak berbakat tidak berprestasi karena mengalami kesulitan yang terselubung (Silverman 2002).
      Anak berbakat, walau dengan atau tanpa berada dikelas akselerasi, tetapi mempunyai potensi untuk berkembang. Mereka termotivasi secara internal. Dengan adanya minat atau ketertarikan dan kesempatan, anak akan termotivasi. Jadi bila anak tertarik akan sesuatu dan terdapat kesempatan atau tantangan yang sesuai, maka dia akan dapat berprestasi (Brody 1997).
Terdapat juga beberapa bakat lainnya, yaitu :
1.      Bakat kognitif: sangat memperhatikan; penuh keingin tahuan; sangat tertarik; atensinya panjang, kemampuan untuk mengetahui alasan (reasoning) sangat baik; perkembangan tentang abstraksi, konseptual dan sintemasis baik; dengan mudah dan cepat dapat melihat adanya hubungan antara ide, objek dan fakta; proses berpikirnya cepat dan fleksibel. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah (problem solving) nya sangat baik; belajarnya cepat, dengan sedikit praktek dan pengulangan.
2.      Bakat sosial dan emosional: tertarik dengan hal-hal philosofi dan sosial; sangat sensitif dan emosional; sangat memperhatikan kejujuran dan keadilan; perfeksionis; energik; rasa humornya berkembang baik; umumnya termotivasi dari dalam dirinya sendiri; hubungan baik dengan orangtua, guru dan orang dewasa lain.
3.      Bakat bahasa: perbendaharaan katanya sangat banyak; dapat membaca pada usia sangat dini, membacanya cepat dan sangat luas; sering bertanya tentang “bagaimana kalau”. Bakat yang lain: senang mempelajari sesuatu yang baru; menyenangi aktifitas intelektual; malakukan permainan intelektual; lebih memilih buku bacaan untuk anak yang lebih besar; skeptis, kritis dan penuh evaluatif, perkembangannya asinkron (Bainbridge).
 Karakter Anak Berbakat
Dalam karakter anak berbakat Ellen Winner (1996) seorang ahli kreatifitas dan anak berbakat memiliki 3 kriteria yang meliputi :
*        Dewasa Lebih Dini : Dalam artinya kemampuan seorang anak yang melebihi teman sebayanya ini mempunyai kesempatan untuk menggunakan bakat dan talenta yang ia miliki lebih awal karena daya kognitif serta kemampuan yang ia miliki sejak lahir membawa domain tertentu baginya.
*        Belajar Menuruti kemauan Mereka Sendiri : Lain halnya dengan anak biasanya, anak – anak yang berbakat ini sangat memerlukan banyak dukungan orang tuanya karena mereka anak gifted sangat mudah mencari jalan keluar atas masalahnya sendiri yang masih melingkupi kemampuannya. Namun, mungkin kemampuan mereka terbatas jika diluar kemampuan mereka.
*        Semangat untuk Menguasai : Anak yang berbakat ini sangat tertarik untuk memahami bidang yang menjadi bakat mereka. Mereka memperlihatkan minat besar dan obsesif dan kemampuan kuat fokus.Mereka mempunyai motivasi internal yang kuat.
Para peneliti telah menemukan bahwa anak berbakat belajar lebih cepat, memproses informasi, menggunakan penalaran mereka yang lebih baik, menggunakan strategi yang lebih baik, dan memantau pemahaman yang lebih baik ketimbang anak yang lebih berbakat. (Sternberg & Clickenbeard, 1995)
·         Karakteristik fisik
Anak berbakat merupakan kelompok anak yang berbakat yang memiliki keunggulan lebih, baik pada ketinggian, energi dan kesehatan dibandingkan dengan anak-anak seusia mereka yang memiliki kecerdasan rata-rata.
Anak gifted rata-rata baik dalam karakter fisik dan mental pada saat mereka berusia beberapa tahun, keuggulan mereka tidak tampak pada awal kelahiran. Selain itu, terdapat hubungan antara IQ dan status sosial ekonomi, Keunggulan fisik pada anak berbakat mungkin diakibatkan faktor non-intelektual.
·         Karakteristik Pendidikan dan karakter pekerjaan
Dalam hal pendidikan anak berbakat cenderung memiliki prestasi pada  akademik. Mereka bisa belajar membaca, menulis dengan mudah bahkan sebelum mereka memasuki sekolah.Dalam dunia pekerjaan anak berbakat, menuntut kemampuan intelektual, kreativitas, dan motivasi yang lebih besar dibanding dengan yang lainnya.
·         Karakteristik Sosial dan Emosional
Anak-anak berbakat cenderung bahagia dan disukai oleh rekan-rekan mereka.Secara emosional stabil dan mandiri dan kurang rentan terhadap gangguan neurotik dan psikotik daripada anak-anak rata-rata. Mereka memiliki kepentingan luas dan bervariasi dan menganggap diri mereka dalam hal positif. Penelitian Galbraith (1985) tidak menunjukkan adanya keluhan yang pasti yang terdapat pada anak-anak berbakat.
Satu pengertian umum dan terus-menerus, namun keliru, tentang orang-orang berbakat, terutama mereka yang unggul dalam seni, adalah bahwa mereka rentan terhadap penyakit mental. Namun, Freud bahkan berteori bahwa seniman berpaling dari dunia nyata dan menuju upaya-upaya kreatif karena konflik tidak sadar. prestasi mereka itu mungkin dilakukan meskipun, bukan karena, gangguan emosi mereka.
·         Karakteristik Moral dan Ethical
Individu berbakat harus dapat melihat lebih cepat atau lebih mendalam daripada rata-rata orang tentang berbagai hal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang berbakat menjadi lebih unggul untuk individu rata-rata dalam keprihatinan untuk masalah moral dan etika dan perilaku moral.Anak-anak berbakat cenderung  peduli dengan konsep-konsep abstrak yang baik dan jahat, benar dan salah, keadilan dan ketidakadilan. mereka cenderung sangat peduli dengan masalah sosial dan cara mereka dapat diselesaikan.
·         Karakteristik Intelektual-Kognitif
1.      Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.
2.      Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
3.      Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
4.      Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.
5.      Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
6.      Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
7.      Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.
8.      Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
9.      Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
10.  Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
11.  Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
12.  Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
13.  Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
14.  Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
15.  Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.
·         Karakteristik Persepsi/Emosi
  1. Sangat peka perasaannya.
  2. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
  3. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
  4. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.
  5. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
  6. Pada umumnya introvert.
  7. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
  8. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru.
  9. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.
·         Karakteristik Motivasi Dan Nilai-Nilai Hidup
1.      Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
2.      Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
3.      Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
4.      Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
5.      Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
6.      Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
7.      Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya” .
8.      Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
9.      Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.
·         Karakteristik Aktifitas
1.      Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.
2.      Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.
3.      Sangat waspada.
4.      Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang sangat lama.
5.      Tekun, gigih, pantang menyerah.
6.      Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru untuk dilakukan.
7.      Spontanitas yang tinggi.
·         Karakteristik Relasi Sosial
1.      Umumnya senang mempertanyakan atau menggugat sesuatu yang telah mapan.
2.      Sulit melakukan kompromi dengan pendapat umum.
3.      Merasa diri berbeda, lebih maju dibanding orang lain, merasa sendirian dalam berpikir atau pada saat merasakan suatu bentuk emosi.
4.      Sangat mudah jatuh iba, empatik, senang membantu.
5.      Lebih senang dan merasa nyaman untuk berteman atau berdiskusi dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua.



 Studi Terman Klasik
Lewis Terman (1925) telah memgamati sebagian anak yang memiliki IQ diatas 150 lebih mendominasi menyelesaikan studinya dibanding dengan memiliki IQ yang normal. Dari 672 wanita, dua per tiganya lulus sarjana pada 1930’an dan seperempatnya masuk pasca sarjana. Wanita berbakat dalam studi terman mereprentasikan kelompok yang melewati masa kanak-kanak dan sebagian dai masa dewasa mereka.
Sebagai suatu kelompok, orang-orang berbakat dalam studi Terman telah matang secara intelektual sebelum waktunya tetapi mereka tidak mengalami gangguan emosional atau penyesuaian diri. Steven Ceci (1990) mengatakan bahwa analisis terhadap perkembangan kelompok dalam studi Terman menunjukkan sesuatu yang penting. Pada intinya, bukan IQ saja yang membuat mereka sukses tetapi bakat juga menjadi salah satu faktornya. Dan anak berbakat dapat sukses tidak harus selalu diiringi kekayaan keluarganya.
 Mendidik Anak Berbakat
Alasan Penyediaan Pendidikan Khusus Bagi Anak Berbakat
Anak berbakat yang tidak merasa tertantang dapat mengganggu, tidak naik kelas, dan kehilangan semangat untuk berprestasi. Terkadang anak-anak ini suka membolos, pasif, dan apatis terhadap sekolah (Roselli, 1996).
Setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan dimana hal tersebut akan sangat berguna untuk aktualisasi potensi-potensi luar biasa yang ada pada diri mereka dan juga dalam berkontribusi dengan lingkungan sosial
Anak berbakat adalah human resource yang harus diberdayakan karena mereka dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah sosial di masa depan.Sistem pendidikan saat ini belum bisa mengakomodasi anak berbakat khusus atau gifted. Sekolah cenderung menyeragamkan kemampuan anak tanpa melihat potensinya. Padahal, tanpa penanganan yang tepat, potensi besar anak berbakat khusus akan terbengkalai dan kerap menimbulkan masalah.
Anak berbakat khusus mempunyai kemampuan dan cara berpikir yang berbeda dari anak pada umumnya. Mereka juga mempunyai kebutuhan besar untuk berpikir dan berekspresi secara bebas. Sekolah yang ada saat ini cenderung tidak melihat keunikan tersebut. Sistem pendidikan juga belum bisa memenuhi kebutuhan anak berbakat khusus untuk berpikir secara bebas. Kelas akselerasi yang semula dimaksudkan untuk mewadahi anak berbakat khusus pun, pada kenyataannya hanya berisi pemadatan materi pelajaran.
Layanan tambahan untuk anak berbakat
Anak- anak berbakat membutuhkan layanan tambahan untuk perkembangan dan pengetahuan lainnya melalui studi independent dengan anggota fakultas atau komunitas orang-orang yang memiliki sumber daya. Mereka menemukan ada hal-hal yang dapat menjadi layanan tambahan bagi anak-anak berbakat khusus, antara lain:
1.         Kursus mini, kunjungan lapangan, dan seminar khusus yang diselenggarakan.
2.         Proyek khusus seperti majalah ilmiah, radio dan program televisi, pameran, majalah, proyek pembuatan film.
3.         Berpartisipasi di dalam atau diluar program kelompok  dalam sekolah dan organisasi lain.
4.         Melewatkan kelas, penempatan dalam kelompok kelas-tingkat lanjut, kursus musim panas (summer courses), pendidikan orang tua dan program perguruan tinggi masyarakat.
5.          Program penghargaan, seminar khusus, dan kursus-kursus lainnya.
6.         Berpartisipasi di dalam program komunitas/masyarakat seperti workshop seniman, club teater, dan lain-lain.
7.         Festival masyarakat, program restorasi, pusat penitipan, dan proyek layanan khusus seperti bantuan untuk penyandang cacat, dan lansia.
8.         Magang, dan mentorships dengan komunitas profesional, bisnis, badan pemerintah lokal, museum, dan orang yang memegang posisi kepemimpinan dalam kelompok kepentingan khusus seperti masyarakat sejarah, kelompok lingkungan, tempat pemeliharaan hewan, klub jasa.
9.         Konseling individu dan kelompok, pengalaman khusus dalam eksplorasi karir, berkunjung ke kampus perguruan tinggi, dan pengalaman karir dengan orang-orang yang bekerja di area yang menarik perhatian/minat.
Selain itu, terdapat tujuh rencana untuk mengelompokkan siswa dan memodifikasi kurikulum untuk siswa berbakat dan jenius dijelaskan oleh Weiss dan Gallagher (1982) sebagai berikut:
a.       Pengayaan di kelas.
b.       Program guru konsultan.
c.        Ruang sumber daya / program penarikan.
d.       Program studi independen.
e.        Program mentoring komunitas/masyarakat.
f.        Kelas khusus (akselerasi).
g.        Sekolah khusus.
Memanajemen Anak Berbakat Khusus di Sekolah
a.       Guru harus melakukan review secara periodik dalam upaya melihat individual differencespada anak berbakat khusus.
b.      Guru harus menganalisis dan menyesuaikan pendidikan yang cocok untuk anak berbakat khusus.
c.       Guru harus mampu mencari sumber daya yang ada di sekolah ataupun di masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan bagi anak berbakat khusus.
d.      Guru harus mendukung pengembangan program khusus bagi anak berbakat khusus.

















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Anak yang tergolong memiliki ketidakmampuan dan gangguan adalah anak yang memiliki kekurangan dibandingkan anak seusianya. Anak-anak ini diklasifikasikan dalam beberapa jenis gangguan, antara lain adalah gangguan organ indra, gangguan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan emosional dan perilaku. Pelajar yang termasuk dalam anak-anak yang memiliki ketidakmampuan ini dilindungi oleh hukum serta diberikan penempatan dan pelayanan oleh pemerintah.
Sedangkan anak berbakat adalah anak yang memiliki keunggulan dibandingkan anak seusianya. Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya dengan anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa domain penting, termasuk di dalamnya: domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi dan nilai-nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial.
Anak - anak berbakatjuga membutuhkan layanan tambahan, sama seperti anak yang memiliki ketidakmampuan untuk perkembangan dan pengetahuan lainnya melalui studi independen dengan anggota fakultas atau komunitas orang-orang yang memiliki sumber daya. Namun, Sistem pendidikan saat ini belum bisa mengakomodasi anak berbakat khusus atau gifted. Sekolah cenderung menyeragamkan kemampuan anak tanpa melihat potensinya. Padahal, tanpa penanganan yang tepat, potensi besar anak berbakat khusus akan terbengkalai dan kerap menimbulkan masalah.


B.     Saran
Pemerintah sebaiknya lebih banyak memberikan wadah sekolah khusus untuk mengakomodasi anak berbakat khusus sama seperti yang dilakukan pada anak yang memiki ketidakmampuan. Pola pengasuhan dan pendidikan anak yang memiliki ketidakmampuan maupun anak berbakat khusus tidak bisa disamakan. Tanpa kebebasan penuh untuk berpikir, mereka akan sulit menggali potensinya.














DAFTAR PUSTAKA

Indahnya bersabar. 18 . Anak Berkebutuhan Khusus [Online], [http://indahnyabersabar.wordpress.com/2011/02/18/anak-berkebutuhan-khusus-abk/. diakses 25 september 2011]
Kompas.  17 Agustus 2010. Kenali anak cerdas dan berbakat istimewa [online],   [http://edukasi.kompas.com/read/2010/08/17/15125953/Kenali.Anak.Cerdas.dan.Berbakat.Istimewa. diakses pada 25 April 2011]
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana
Tirtonegoro, Sutratinah. 2006. Anak Supernormal dan Progam Pendidikannya. Jakarta: Bumi Aksara







- Posted by, Adha Anggraini (101014041)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar