BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pelajar
yang tidak biasa (exceptional) adalah
anak-anak yang memiliki gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang
tergolong berbakat.
Anak
berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan
anak pada umumnya. Anak-anak yang tergolong memiliki ketidakmampuan dan
gangguan adalah sebagai berikut: gangguan organ indra, gangguan fisik,
retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar, attention deficit hyperactivity disorder
(ADHD), gangguan emosional dan perilaku.
Sedangkan anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa
atau yang sering disebut gifteddiartikan
sebagai anak berbakat khusus. Istilah mengenai gifted atau berbakat ini memang sudah sering kita dengar, hanya
saja klasifikasi atau kategori dari seorang anak yang dapat dikatakan sebagai
anak gifted ini yang perlu kita
cermati lebih mendalam.
Di tataran publik istilah gifted
pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada tahun 1869. Gifted dalam pengertian yang diperkenalkan
oleh Galton pada masa itu merujuk pada suatu bakat istimewa yang tidak lazim
dimiliki oleh manusia biasa yang ditunjukkan oleh seorang individu dewasa.
Titik tekan konsepsi keberbakatan istimewa menurut Galton ada pada berbagai
bidang.
Menurut Galton keberbakatan istimewa ini adalah sesuatu yang sifatnya
diwariskan. Artinya keberbakatan istimewa adalah sesuatu potensi yang menurun (genetically herediter). Anak-anak yang
menunjukkan suatu bentuk bakat yang istimewa ini kemudian lazim disebut sebagai
gifted children.
Keberbakatan yang berdasarkan sekolah biasanya melihat kemampuan relatif.
Anak diidentifikasikan berdasarkan penampilannya membandingkan dengan teman
sekelasnya. Umumnya pada anak
berbakat, prestasi belajarnya juga tinggi. Tapi dapat pula ditemukan anak
berbakat yang prestasinya tidak optimal bahkan sering kali bermasalah. Prestasi
yang kurang ini sering dianggap karena faktor motivasi dan psikologis. Anak
sering dianggap malas dan tidak bersungguh sungguh, dan sering kali orangtua
disalahkan karena tidak menerapkan disiplin. Banyak penelitian menyebutkan,
diantara anak berbakat tidak berprestasi karena mengalami kesulitan yang
terselubung (Silverman 2002).
Perkembangan yang tidak sinkron dimaksud adalah perkembangan intelektual,
fisik dan emosi tidak berjalan dengan kecepatan yang sama. Kemampuan
intelektual selalu berkembang lebih cepat. Dengan adanya perkembangan yang
tidak sinkron ini diperlukan modifikasi dalam hal pengasuhan baik oleh
orangtua, guru maupun konselor agar anak dapat berkembang optimal.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
karakteristik ketidakmampuan dan gangguan pada anak?
2. Bagaimana
aspek hukum, perencanaan, penempatan, dan penyediaan layanan untuk anak-anak
yang berkebutuhan khusus?
3. Apa
yang dimaksud dengan bakat? dan bagaimana pendekatan mengajar anak-anak
berbakat?
C.
TUJUAN
1. Mendeskripsikan
berbagai tipe ketidakmampuan dan gangguan.
2. Menjelaskan
kerangka hukum, perencanaan, penempatan, dan penyediaan layanan untuk anak-anak
yang berkebutuhan khusus.
3. Mendefiniskan
arti bakat dan mendiskusikan beberapa pendekatan untuk mengajar anak –anak
berbakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik
Anak yang Menderita Ketidakmampuan
Pelajar “yang tidak biasa” (exceptional) adalah anak-anak yang memiliki gangguan atau
ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat.Disability atau ketidakmampuan adalah keterbatasan fungsi yang
membatasi kemampuan seseorang. Didalam bab ini akan kita kelompokkan dan
jelaskan masing-masing ketidakmampuan dan gangguan (disorder) sebagai berikut :
Gangguan
Organ Indra
Gangguan indra mencakup
gangguan atau kerusakan penglihatan dan pendengaran.
a. Kerusakan
Penglihatan
Terdapat
murid-murid yang mengalami problem penglihatan (visual) yang masih belum
diperbaiki dan beberapa diantaranya menderita gangguan visual serius dan
dikategorikan rusak penglihatannya, yang lebih dikenal dengan low vision dan murid buta.
Anak
low vision dapat membaca buku dengan
huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar.Anak yang “buta secara
edukasional” tidak bisa menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus
menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar.Banyak anak buta memiliki
kecerdasan normal dan berprestasi secara akademik apabila diberi dukungan dan
bantuan belajar yang tepat. Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang
menderita gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas
(seperti sentuhan atau pendengaran) untuk membantu anak belajar dengan baik
(Bowe,2000). Salah satu persoalan dalam pendidikan murid yang buta adalah
rendahnya penggunaan huruf braille dan sedikitnya guru yang menguasai huruf
braille dengan baik (Hallahan & Kauffman, 2003).
b. Gangguan
Pendengaran
Anak
tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam
kemampuan berbicara dan bahasanya.Pendekatan pendidikan untuk membantu anak
yang punya masalah pendengaran terdiri dari dua kategori yaitu pendekatan oral
dan manual. Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir,
speech reading (menggunakan alat
visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya. Pendekatan manual adalah dengan
bahasa isyarat dan mengeja jari (finger
spelling).Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan
kata.Pengejaan jari adalah “mengeja” setiap kata dengan menandai setiap huruf
dari satu kata.Pendekatan oral dan manual dipakai bersama untuk mengajar murid
yang mengalami gangguan pendengaran (Hallahan & Kauffman, 2000).
Gangguan/ketidakmampuan
Fisik
Gangguan
fisik anak antara lain adalah gangguan ortopedik, seperti gangguan karena
cedera otak (cerebral palsy), dan
gangguan kejang-kejang (seizure).
Banyak anak yang mengalami gangguan fisik ini membutuhkan pendidikan khusus dan
pelayanan khusus, seperti transportasi, terapi fisik, pelayanan kesehatan
sekolah dan pelayanan psikologi khusus.
a. Gangguan
ortopedik
Gangguan
ortopedik biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak
karena ada masalah di otot tulang maupun sendi.Tingkat keparahan gangguan ini
bervariasi.Dengan bantuan alat adaptif dan teknologi pengobatan banyak anak
yang menderita gangguan ortopedik bisa berfungsi normal di kelas (Boyles &
Contadino, 1997).
b.
Cerebral
palsy
Merupakan
gangguan yang berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan bicaranya
tidak jelas.Penyebab umum dari cerebral
palsy adalah kekurangan oksigen saat kelahiran.Banyak anak yang menderita cerebral palsy bicaranya tidak jelas.
Untuk anak seperti ini, synthesizer
suara dan ucapan, papan komunikasi serta peralatan talking notes dan page
turners dapat meningkatkan kemampuan komunikasi mereka.
c. Gangguan
kejang-kejang
Jenis yang paling kerap
dijumpai adalah epilepsi yaitu gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan
serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang.Anak yang mengalami epilepsi
biasanya dirawat dengan obat anti kejang yang biasanya efektif dalam mengurangi
gejala tapi tidak menghilangkan penyakitnya.
Retardasi
Mental
Makin banyak anak retardasi mental yang
belajar di sekolah umum.Ciri utama retardasi mental adalah lemahnya fungsi
intelektual (Zigler, 2002). Selain intelegensinya rendah, anak dengan retardasi
mental juga sulit menyesuaikan diri dan susah berkembang. Keterampilan adaptif
antara lain adalah keahlian memerhatikan dan merawat diri sendiri dan mengemban
tanggung jawab sosial.
Berdasarkan definisinya, retardasi
mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya
kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya dibawah 70) dan sulit beradaptasi dengan
kehidupan sehari-hari. IQ rendah dan kemampuan beradaptasi yang rendah biasanya
tampak sejak kanak-kanak, dan tidak tampak pada periode normal, dan keadaan
retardasi ini bukan disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit atau cedera otak.
Retardasi mental diklasifikasikan
menjadi retardasi ringan, moderat, berat dan parah.Individu dengan retardasi
mental ringan masih banyak yang bisa bekerja dan mencari nafkah sendiri dengan
dukungan pengawasan atau dukungan kelompok. Individu dengan retardasi mental
berat membutuhkan lebih banyak dukungan, kemungkinan besar individu ini juga
menunjukkan tanda-tanda komplikasi neurologis, seperti cerebral palsy, epilepsi, gangguan pendengaran, gangguan
penglihatan atau cacat bawaan metabolis lainnya yang mempengaruhi sistem saraf
pusat (Terman, dkk., 1996).
a. Retardasi
mental disebabkan oleh faktor genetik dan kerusakan otak (Dykens, Hodapp, &
Finucane, 2000). Dari faktor genetik, bentuk yang paling umum dari retardasi
mental adalah down syndrome (Sindrom
Down) yang ditransmisikan (diwariskan) secara genetik. Anak dengan sindrom down
ini punya kromosom lebih (kromosom 47). Dengan intervensi dini dan dukungan ekstensif
dari keluarga anak dan dari kalangan profesional, banyak anak dengan sindrom
down bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri (Boyles & Contadino,
1997). Anak penderita sindrom down bisa termasuk dalam kategori retardasi
ringan sampai berat (Terman, dkk., 1996).
b. Selain
sindrom down, ada tipe kedua dari retardasi mental yang diwariskan secara
genetic yaitu Fragile X Syndrome.
Sindrom ini diwariskan melalui kromosom X yang tidak normal, yang menyebabkan
retardasi mental ringan sampai berat. Kerusakan otak dapat diakibatkan oleh
bermacam-macam infeksi atau karena faktor lingkungan luar (DAS, 2000).
c. Faktor
lingkungan dari luar yang dapat menyebabkan retardasi mental antara lain adalah
benturan di kepala, malnutrisi, keracunan, luka saat kelahiran atau karena ibu
hamil kecanduan alcohol. Fetal Alcohol
Syndrome (FAS) adalah serangkaian ketidaknormalan, termasuk retardasi
mental dan ketidaknormalan wajah yang muncul dalam diri anak dari ibu yang
kecanduan minuman beralkohol pada waktu hamil.
Gangguan
Bicara dan Bahasa
Gangguan bicara dan bahasa antara lain
masalah dalam berbicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara dan
gangguan kefasihan bicara), dan problem bahasa (seperti kesulitan menerima
informasi dan mengekspresikan bahasa).
Gangguan
artikulasi
Gangguan artikulasi adalah problem dalam
pengucapan suara secara benar.Anak penderita problem artikulasi mungkin sulit
berkomunikasi dengan teman atau guru dan merasa malu.Akibatnya, anak enggan
bertanya, tidak mau berdiskusi atau berkomunikasi dengan temannya.Problem
artikulasi umumnya bisa diperbaiki dengan terapi bicara.
Gangguan
suara
Gangguan suara tampak dalam ucapan yang tidak jelas,
keras, terlalu kencang, terlalu tinggi, atau terlalu rendah.
Gangguan kefasihan
Gangguan kefasihan atau kelancaran bicara biasanya
dinamakan “gagap”.Kondisi ini terjadi ketika ucapan anak terbata-bata, jeda
panjang atau berulang-ulang.
Gangguan bahasa
Gangguan bahasa adalah kerusakan
signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak.Gangguan bahasa
dapat menyebabkan problem belajar serius (Bernstein & Tigerman-Farber,
2002). Gangguan bahasa mencakup tiga kesulitan, antara lain:
1) Kesulitan
menyusun pertanyaan untuk memperoleh informasi yang diharapkan.
2) Kesulitan
memahami dan mengikuti perintah lisan.
3) Kesulitan
mengikuti percakapan, terutama ketika percakapan itu berlangsung cepat dan
kompleks.
Bahasa
reseptif adalah penerimaan dan pemahaman atas bahasa. Anak penderita gangguan
bahasa reseptif akan kesulitan untuk menerima informasi. Informasi masuk tetapi
otak akan sulit untuk memprosesnya secara efektif, yang menyebabkan anak
kelihatan cuek atau bengong saja.
Bahasa
ekspresif berkaitan dengan kemampuan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan
pikiran dan berkomunikasi dengan orang lain. Beberapa anak bisa dengan mudah
memahami apa yang diucapkan orang lain, namun mereka kadang kesulitan untuk
memberi tanggapan atau mengekspresikan pendapatnya.
Gangguan
/ Ketidakmampuan Belajar
Berdasarkan
definisinya, anak yang menderita gangguan belajar :
1.
Punya kecerdasan normal
atau di atas normal;
2.
Kesulitan dalam
setidaknya satu mata pelajaran bahkan lebih;
3.
Tidak memiliki problem
atau gangguan lain seperti retardasi mental, yang menyebabkan kesulitan itu.
Konsep
umum gangguan atau ketidakmampuan belajar mencakup problem dalam kemampuan
mendengar, berkonsentrasi, berbicara, berpikir, memori, membaca, menulis, dan
mengeja, dan atau keterampilan sosial (Kamphaus, 2000).Gangguan belajar sulit
untuk didiagnosis (Bos & Vaughn, 2002).Ketidakmampuan untuk belajar sering
kali mencakup kondisi yang bisa jadi berupa adanya problem mendengar,
berkonsentrasi, berbicara, membaca, menulis, menalar, berhitung, atau problem
interaksi sosial.Jadi, anak yang memiliki masalah gangguan belajar boleh jadi
memiliki profil yang berbeda-beda (Henley, Ramsey, & Algozzine,
1999).Gangguan belajar mungkin berhubungan dengan kondisi medis seperti fetal alcohol syndrome (American
Psychiatric Association, 1994).Gangguan belajar juga terjadi bersama dengan
gangguan yang lainnya, seperti gangguan komunikasi dan gangguan perilaku
emosional (Poloway dkk., 1997).
Bidang
paling umum yang menyulitkan anak dengan gangguan belajar adalah aktivitas
membaca, terutama keterampilan fonologis yang menyangkut cara memahami
bagaimana suara dan huruf membentuk kata. Dyslexiaadalah
kerusakan berat dalam kemampuan untuk membaca dan mengeja.Meningkatkan
kemampuan anak yang mengalami masalah dalam belajar ini adalah tugas sulit dan
umumnya membutuhkan intervensi intensif agar mereka mampu memberikan hasil yang
baik.Belum ada model program yang terbukti efektif untuk semua anak yang
memiliki masalah ketidakmampuan belajar ini (Terman, dkk., 1996).
Anak
yang menderita ketidakmampuan belajar biasanya tidak terlalu tampak gejalanya,
dapat berkomunikasi secara verbal dan tidak menarik diri dari lingkungan.Banyak
intervensi difokuskan pada upaya meningkatkan kemampuan membaca si anak (Lyon
& Moats, 1997).Sayangnya, tidak semua anak yang mempunyai masalah dalam
belajar mendapat manfaat dari intervensi ini.Anak-anak yang lemah dalam penguasaan
fonologi, yang membuatnya susah mengenali kata, biasanya merespon secara lebih
lambat daripada anak-anak yang memiliki masalah membaca tingkat ringan
(Torgesen, 1995).
Gangguan
dalam kemampuan membaca telah menjadi target studi intervensi yang paling lazim
karena ini adalah bentuk paling umum dari gangguan belajar. Gangguan ini juga
mudah diidentifikasi dan mempresentasikan area gangguan belajar yang paling
banyak kita ketahui (Lyon, 1996). Intervensi untuk tipe gangguan belajar lain
telah diciptakan tetapi belum diriset secara ekstensif.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Attention Deficit
Hyperactivity Disorderatau ADHD adalah bentuk
ketidakmampuan anak yang ciri-cirinya antara lain:
a. Kurang
perhatian;
Anak yang kurang perhatian (inattentive) sulit berkonsentrasi pada
satu hal dan mungkin cepat bosan mengerjakan tugas.
b. Hiperaktif;
Anak hiperaktif menunjukkan level
aktifitas fisik yang tinggi, hampir selalu bergerak.
c. Impulsif.
Anak impulsif sulit mengendalikan reaksinya dan
gampang bertindak tanpa pikir panjang.
Anak yang menunjukkan
gejala ADHD bisa didiagnosis sebagai ADHD dengan kecenderungan lebih pada
kekurangan perhatian, lebih hiperaktif / impulsif dan mempunyai kecenderungan
lebih pada hiperaktif / impulsif. Tanda-tanda
ADHD dapat muncul sejak usia prasekolah. Orang tua dan guru prasekolah
(kelompok bermain) dan taman kanak-kanak mungkin mengetahui bahwa ada anak-anak
yang sangat aktif dan konsentrasinya kurang. Banyak anak ADHD sulit diatur,
kurang toleransi terhadap rasa frustasi dan punya masalah dalam berhubungan
dengan teman sebaya.Karakteristik umum lainnya adalah ketidakdewasaan dan
dekil.
Penting bagi guru dan
orang tua untuk tidak memberikan pesan kepada anak bahwa obat itu adalah
jawaban untuk semua kesulitan akademik mereka (Hallahan & Kauffman,
2000).Selain diberi obat, anak dengan ADHD harus diajak untuk bertanggung jawab
atas perilaku mereka.
Gangguan
Emosional dan Perilaku
Kebanyakan anak pernah mengalami
gangguan emosional pada saat waktu tertentu pada masa sekolah.Gangguan perilaku
dan emosional terdiri atas problem serius dan terus-menerus yang berkaitan
dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan
pribadi atau sekolah dan juga berhubungan dengan karakteristik sosioemosional
yang tidak tepat.
Beberapa anak yang digolongkan memiliki
gangguan emosional serius dan melakukan tindakan yang mengganggu, agresif
membangkang dan membahayakan biasanya akan dikeluarkan dari sekolah (Terman,
dkk., 1996). Para pakar gangguan emosional dan perilaku mengatakan bahwa jika
anak-anak ini dikembalikan ke sekolah, baik guru kelas reguler maupun guru
pendidik khusus atau konsultan harus meluangkan banyak waktu untuk membantu
mereka beradaptasi dan belajar secara efektif (Hocutt, 1996).
Beberapa anak memendam problem emosional
mereka.Depresi, kecemasan dan ketakutan mereka menjadi makin hebat dan menetap
sehingga kemampuan mereka dalam belajar makin menurun. Depresi adalah jenis
gangguan suasana hati (mood) dimana
pengidapnya merasa dirinya tak berharga sama sekali, percaya bahwa keadaan
tidak akan pernah membaik dan tampak lesu dan tidak bersemangat dalam jangka
waktu yang lama. Terapi kognitif dan terapi obat biasanya efektif dalam
membantu orang agar tidak terlalu tertekan (Beckham, 2000).
Kecemasan (anxiety)
adalah perasaan yang tidak menentu sekaligus tidak menyenangkan (Kowalski,
2000).Anak pada umumnya pernah mengalami kecemasan saat menghadapi tantangan
hidup, tetapi pada beberapa anak kecemasan itu berlebihan dan bertahan lama
sehingga mengganggu prestasi sekolahnya.
B.
Pendidikan
yang Berkaitan dengan Anak yang Menderita Ketidakmampuan
Isu
Pendidikan Ynag Berkaitan Dengan Anak Ynag Menderita Ketidakmampuan
Aspek
Hukum
Pada
pertengahan 1960-an dan 1970-an,anggota dewan perwakilan,pengadilan federal,
dan kongres AS mengakui hak anak yang menderita gangguan untuk mendapatkan
pendidikan khusus. Pada 1975,kongres mengesahkan Public law 94-142,Education
for All Handicapped of Children Act,yang mensyratkan agar semua murid dengan
ketidakmampuan diberi pendidikan yang tepat dan gratis.
Individual
with Disabilites Education Act ( IDEA )
Pada
1990,Public Law 94 – 142 diganti menjadi Individual with Disabilites Education
Act ( IDEA ). IDEA menetapkan mandate luas untuk pelayanan bagi semua anak
penderita ketidakmampuan. Mandate ini mencakup evaluasi dan determinasi
eliglibitas,pendidikan yang tepat dan rancangan pendidikan yang disesuaikan
dengan setiap anak,dan pendidikan dalam lingkungan yang tak terlampau ketat.
Sekolah dilarang merancang program pendidikan tanpa evaluasi terlebih dahulu
dan dilarang menentukan penerimaan berdasarkan persediaan tempat. Orang tua
harus diundang untuk berpartisipasi dalam proses evaluasi. Penilaian ulang
harus dilakukan setidaknya setiap tiga tahun sekali atau terkadang satu tahun
skali jika diminta oleh para orang tua. Orang tua yang tidak setuju dengan
evaluasi sekolah dapat mencari evaluasi indpenden dan harus dipertimbangkan
oleh sekolah dalam memberikan layanan pendidikan khusus. Sekolah harus
menyediakan layanan yang tepa bagi si anak. IDEA mensyaratkan agar murid yang
menderita ktidakmampuan diberi rancanagn pendidikan yang disesuaikan dengan
diri si anak (individualized education
plan) atau IEP. IEP ini adalah pernyataan tertulis yang menyatakan sebuah
program yang disusun untuk anak yang
menderita ketidakmampuan. Secara umum IEP harus : 1. Sesuai dengan kemampuan
belajar anak,2. Disusun khusus untuk
memenuhi kebutuhan individual anak,tidak sekedar menyalin apa-apa yang sudah
diberikan kepada anak lain,dan 3. Didesain untuk memberikan manfaat pendidikan.
Pada 1997 dilakukan amandemen IDEA. Perubahannya antara lain penilaian atas
dukungan perilaku positif dan perilaku fungsional. Perilaku positif difokuskan
pada aplikasi intervensi perilaku positif yang tepat secara cultural untuk menghasilkan
perubahan perilaku anak. Penilaian perilaku funsional adalah menilai
konsekuensi,,anteseden,dan setting kejadian.
Least
Retrictive Environment ( LRE )
Dalam
IDEA, anak yang mempunyai ketidakmampuan harus dididik dalam lingkungan dengan
retriksi minimal ( LRE ). Ini sebuah setting yang mirip dengan setting tempat
mendidik anak yang normal. Ketentuan IDEA ini memberi dasar hokum untuk
mendidik anak yang tidakkemampuan di kelas regular. Pendidikan anak
ketidakmampuan di kelas regular dinamakan mainstreaming.
Namun istilah itu kini diganti dengan inklusi, yang berarti mendidik anak dengan pendidikan special di kelas
regular. Sekolah harus menyediakan inklusi untuk anak dengan ketidakkemampuan.
Prinsip LRE memaksa sekolah untuk
mengkaji modifikasi kelas regular sebelum memindahkan anak dengan
ketidakmampuan ke tempat yang lebih restriktif. Guru kelas regular juga perlu
training khusus.
Beberapa
ahli percaya bahwa program terpisah juga dapat lebih efektif dan tepat bagi
anak penderita ketidakmampuan. Riset terhadap hasil inklusi menunujukkan
kesimpulan berikut. ( Hocutt,1996 ) :
1. Kesuksesan
akademik dan social anak
2. Anak
dengan gangguan emosional berat
3. Anak
dengan gangguan pendengaran
4. Anak
dengan retardasi mental yang dapat dididik
5. Anak
yang tidak mengalai gangguan.
Penempatan
dan Pelayanan
Anak
penderita ketidakmampuan dapat ditempatkan di berbagai setting,dan serangkaian
pelayanan dapat dipakai untuk meningkatkan pendidikan mereka.
Penempatan
Penempatan
anak dengan ketidakmampuan ini disusun dari tempat yang kurang restriktif
sampai ke yang paling restriktif ( Deno,1970 ):
a. Kelas
regular dengan dukungan pengajaran tambahan di kelas regular
b. Sebagian
waktu dihabiskan di ruang sumber daya
c. Penempatan
full time dalam kelas pendidikan khusus
d. Sekolah
khusus
e. Instruksi
rumah
f. Instruksi
di rumah sakit atau institusi lain
Pelayanan
Pelayanan
untuk anak dapat disediakan oleh guru kelas regular,guru sumber daya,guru
pendidikan khusus, konsultan kolaboratif,professional lain,atau tim interaktif
Guru
kelas regular.
Dengan
meningkatnya inklusi,guru kelas regular bertanggung jawab memberikan lebih
banyak pendidikan anak yang menderita ketidakmampuan belajar ketimbang di masa
lalu. Teaching Strategis dapat membantu memberikan pendidikan yang lebih
efektif kepada anak penderita ketidakmampuan.
Teaching
Strategies
1. Jalankan
rencana pendidikan individual untuk setiap anak
2. Dorong
sekolah anda untuk memberikan tambahan dukungan dan training cara mengajar anak
penderita ketidakmampuan
3. Gunakan
dukungan yang tersedia
4. Pelajari
dan pahami tipe-tipe anak dengan ketidakmampuan di kelas anda
5. Berhati-hatilah
dengan member label anak yang mengalami ketidakmampuan
6. Penuh
perhatian,menerima,dan sabar
7. Bantu
anak yang tidak menderita ketidakmampuan untuk menerima anak yang menderita ketidakmampuan
8. Selalu
cari informasi tentang teknologi terbaru
Guru
sumber daya
Guru
sumber daya dapat memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi banyak anak yang
mengalami ketidakmampuan. Dalam banyak situasi,guru sumber daya bertugas untuk meningkatkan
anak-anak dalam kemampuan membaca,menulis,atau matematika.
Guru
pendidikan khusus
Beberapa
guru telah memperoleh pelatihan ekstensif dalam pendidikan khusus dan mengajar
anak penderita ketidakmampuan dalam kelas pendidikan khusus yang terpisah.
Beberapa anak menghabiskan waktu denga guru pendidikan khusus dan sebagian di
kelas umum.guru pendidikan khusus mengemban tanggung jawab yang lebih besar.
Pelayanan
terkait
Selain
guru, ada sejumlah personel pendidikan khusus lainnya yang memberikan pelayanan
pendidikan anak yang menderita ketidakmampuan. Mereka antara lain asisten
guru,psikolog,konselor,pekerja social sekolah, perawat, dokter, terapis,
audiologist,dan lain-lain
Konsultasi
kolaboratif dan tim interaktif.
Dalam
dua dekade terakhir ini,para pakar pendidikan untuk anak yang menderita
ketidakmampuan semakin mendukung konsultasi kolaboratif. Dalam konsultasi
kolaboratif orang dengan beberapa keahlian akan berinteraksi untuk memberikan
pelayanan bagi anak. Kini banyak dipakai istilah interactive teaming. Anggota tim adalah kalangan professional dan
orang tua untuk memberikan pelayanan langsung dan tidak langsung kepada anak.
Orang
Tua sebagai Mitra Pendidikan
Individual
with Disabilities Education Act ( IDEA ) mewajibkan partisipasi orang tua dalam
pengembangan program pendidikan untuk semua anak tidak ketidakmampuan.
Teknologi
IDEA
termasuk amandemennya menyatakan bahwa perangkat teknologi bisa disediakan
untuk murid penderita ketidakmampuan demi memastikan pendidikan yang gratis dan
tepat. Dua tipe teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendidikan
anak penderita ketidakmampuan adalah teknologi pengajaran dan teknologi
asistensi. Teknologi pengajaran berupa berbagai tipe hardware dan
software,dikombinasikan dengan merode pengajaran yang inovatif,untuk
mengakomodasi kebutuhan belajar dikelas. Teknologi asistensi berupa beragam
perangkat dan pelayanan yang membantu murid penderita ketidakmampuan agar bisa
berkomunikasi di lingkungan mereka. Contoh : alat bantu komunikasi, keyboard computer alternative,dan
lain-lain.
C.
Anak-Anak Berbakat
Anak berbakat adalah seseorang yang
memiliki kemampuan yang superioritas atau seseorang yang memiliki tingkat
kecerdasan (IQ) yang tinggi. Terman yang menggunakan inteligensi sebagai
kriteria tunggal untuk mengidentifikasikan anak berbakat yaitu IQ 140
(Munandar, 2002). Konsep lain tentang keberbakatan yang sampai sekarang banyak
digunakan dalam mengidentifikasi siswa berbakat di Indonesia adalah dari
Renzulli, dkk (1981). Menurut definisi yang dikemukakan Renzulli yang lebih
dikenal dengan “The Three Ring Conception“(dalam Munandar, 2002) anak
berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang
terdiri dari: Kemampuan di atas rata-rata, kreativitas dan komitmen terhadap
tugas yang tinggi.
Umumnya pada anak berbakat, prestasi belajarnya juga tinggi. Tapi dapat
pula ditemukan anak berbakat yang prestasinya tidak optimal bahkan sering kali
bermasalah. Prestasi yang kurang ini sering dianggap karena faktor motivasi dan
psikologis. Anak sering dianggap malas dan tidak bersungguh sungguh, dan sering
kali orangtua disalahkan karena tidak menerapkan disiplin. Banyak penelitian
menyebutkan, diantara anak berbakat tidak berprestasi karena mengalami
kesulitan yang terselubung (Silverman 2002).
Anak berbakat, walau dengan atau tanpa berada dikelas akselerasi, tetapi mempunyai potensi untuk berkembang. Mereka termotivasi secara internal. Dengan adanya minat atau ketertarikan dan kesempatan, anak akan termotivasi. Jadi bila anak tertarik akan sesuatu dan terdapat kesempatan atau tantangan yang sesuai, maka dia akan dapat berprestasi (Brody 1997).
Terdapat juga beberapa bakat lainnya, yaitu :
Anak berbakat, walau dengan atau tanpa berada dikelas akselerasi, tetapi mempunyai potensi untuk berkembang. Mereka termotivasi secara internal. Dengan adanya minat atau ketertarikan dan kesempatan, anak akan termotivasi. Jadi bila anak tertarik akan sesuatu dan terdapat kesempatan atau tantangan yang sesuai, maka dia akan dapat berprestasi (Brody 1997).
Terdapat juga beberapa bakat lainnya, yaitu :
1. Bakat kognitif: sangat
memperhatikan; penuh keingin tahuan; sangat tertarik; atensinya panjang,
kemampuan untuk mengetahui alasan (reasoning)
sangat baik; perkembangan tentang abstraksi, konseptual dan sintemasis baik;
dengan mudah dan cepat dapat melihat adanya hubungan antara ide, objek dan
fakta; proses berpikirnya cepat dan fleksibel. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah
(problem solving) nya sangat baik;
belajarnya cepat, dengan sedikit praktek dan pengulangan.
2. Bakat sosial dan emosional:
tertarik dengan hal-hal philosofi dan sosial; sangat sensitif dan
emosional; sangat memperhatikan kejujuran dan keadilan; perfeksionis; energik; rasa
humornya berkembang baik; umumnya termotivasi dari dalam dirinya sendiri;
hubungan baik dengan orangtua, guru dan orang dewasa lain.
3. Bakat bahasa: perbendaharaan
katanya sangat banyak; dapat membaca pada usia sangat dini, membacanya cepat
dan sangat luas; sering bertanya tentang “bagaimana kalau”. Bakat yang lain:
senang mempelajari sesuatu yang baru; menyenangi aktifitas intelektual;
malakukan permainan intelektual; lebih memilih buku bacaan untuk anak yang
lebih besar; skeptis, kritis dan penuh evaluatif, perkembangannya asinkron (Bainbridge).
Karakter Anak Berbakat
Dalam karakter anak
berbakat Ellen Winner (1996) seorang ahli kreatifitas dan anak berbakat
memiliki 3 kriteria yang meliputi :
*
Dewasa Lebih Dini :
Dalam artinya kemampuan seorang anak yang melebihi teman sebayanya ini
mempunyai kesempatan untuk menggunakan bakat dan talenta yang ia miliki lebih
awal karena daya kognitif serta kemampuan yang ia miliki sejak lahir membawa
domain tertentu baginya.
*
Belajar Menuruti
kemauan Mereka Sendiri : Lain halnya dengan anak biasanya, anak – anak yang
berbakat ini sangat memerlukan banyak dukungan orang tuanya karena mereka anak gifted sangat mudah mencari jalan keluar
atas masalahnya sendiri yang masih melingkupi kemampuannya. Namun, mungkin
kemampuan mereka terbatas jika diluar kemampuan mereka.
*
Semangat untuk
Menguasai : Anak yang berbakat ini sangat tertarik untuk memahami bidang yang
menjadi bakat mereka. Mereka memperlihatkan minat besar dan obsesif dan
kemampuan kuat fokus.Mereka mempunyai motivasi internal yang kuat.
Para
peneliti telah menemukan bahwa anak berbakat belajar lebih cepat, memproses
informasi, menggunakan penalaran mereka yang lebih baik, menggunakan strategi
yang lebih baik, dan memantau pemahaman yang lebih baik ketimbang anak yang
lebih berbakat. (Sternberg & Clickenbeard, 1995)
·
Karakteristik fisik
Anak
berbakat merupakan kelompok anak yang berbakat yang memiliki keunggulan lebih,
baik pada ketinggian, energi dan kesehatan dibandingkan dengan anak-anak seusia
mereka yang memiliki kecerdasan rata-rata.
Anak
gifted rata-rata baik dalam karakter fisik dan mental pada saat mereka berusia
beberapa tahun, keuggulan mereka tidak tampak pada awal kelahiran. Selain itu,
terdapat hubungan antara IQ dan status sosial ekonomi, Keunggulan fisik pada
anak berbakat mungkin diakibatkan faktor non-intelektual.
·
Karakteristik Pendidikan dan karakter pekerjaan
Dalam
hal pendidikan anak berbakat cenderung memiliki prestasi pada akademik.
Mereka bisa belajar membaca, menulis dengan mudah bahkan sebelum mereka
memasuki sekolah.Dalam dunia pekerjaan anak berbakat, menuntut kemampuan
intelektual, kreativitas, dan motivasi yang lebih besar dibanding dengan yang
lainnya.
·
Karakteristik Sosial dan Emosional
Anak-anak berbakat cenderung bahagia dan disukai oleh
rekan-rekan mereka.Secara emosional stabil dan mandiri dan kurang rentan
terhadap gangguan neurotik dan psikotik daripada anak-anak rata-rata. Mereka memiliki kepentingan luas dan
bervariasi dan menganggap diri mereka dalam hal positif. Penelitian Galbraith (1985) tidak
menunjukkan adanya keluhan yang pasti yang terdapat pada anak-anak berbakat.
Satu
pengertian umum dan terus-menerus, namun keliru, tentang orang-orang berbakat,
terutama mereka yang unggul dalam seni, adalah bahwa mereka rentan terhadap
penyakit mental. Namun, Freud bahkan berteori bahwa seniman
berpaling dari dunia nyata dan menuju upaya-upaya kreatif karena konflik tidak
sadar. prestasi mereka itu mungkin dilakukan meskipun, bukan karena, gangguan
emosi mereka.
·
Karakteristik Moral dan Ethical
Individu berbakat harus dapat melihat lebih cepat atau
lebih mendalam daripada rata-rata orang tentang
berbagai hal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang berbakat menjadi lebih unggul untuk
individu rata-rata dalam keprihatinan untuk masalah moral dan etika dan
perilaku moral.Anak-anak berbakat cenderung peduli
dengan konsep-konsep abstrak yang baik dan jahat, benar dan salah, keadilan dan
ketidakadilan. mereka cenderung sangat peduli dengan masalah sosial dan cara
mereka dapat diselesaikan.
· Karakteristik Intelektual-Kognitif
1. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.
2. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
3. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
4. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.
5. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
6. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
7. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.
8. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
9. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
10. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
11. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
12. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
13. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
14. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
15. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.
·
Karakteristik Persepsi/Emosi
- Sangat peka perasaannya.
- Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
- Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
- Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.
- Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
- Pada umumnya introvert.
- Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
- Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru.
- Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.
· Karakteristik Motivasi Dan Nilai-Nilai Hidup
1. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
2. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
3. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
4. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
5. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
6. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
7. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya” .
8. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
9. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.
· Karakteristik Aktifitas
1. Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.
2. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.
3. Sangat waspada.
4. Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang sangat lama.
5. Tekun, gigih, pantang menyerah.
6. Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru untuk dilakukan.
7. Spontanitas yang tinggi.
· Karakteristik Relasi Sosial
1. Umumnya senang mempertanyakan atau menggugat sesuatu yang telah mapan.
2. Sulit melakukan kompromi dengan pendapat umum.
3. Merasa diri berbeda, lebih maju dibanding orang lain, merasa sendirian dalam berpikir atau pada saat merasakan suatu bentuk emosi.
4. Sangat mudah jatuh iba, empatik, senang membantu.
5. Lebih senang dan merasa nyaman untuk berteman atau berdiskusi dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua.
Studi Terman Klasik
Lewis
Terman (1925) telah memgamati sebagian anak yang memiliki IQ diatas 150 lebih
mendominasi menyelesaikan studinya dibanding dengan memiliki IQ yang normal.
Dari 672 wanita, dua per tiganya lulus sarjana pada 1930’an dan seperempatnya
masuk pasca sarjana. Wanita berbakat dalam studi terman mereprentasikan
kelompok yang melewati masa kanak-kanak dan sebagian dai masa dewasa mereka.
Sebagai
suatu kelompok, orang-orang berbakat dalam studi Terman telah matang secara
intelektual sebelum waktunya tetapi mereka tidak mengalami gangguan emosional
atau penyesuaian diri. Steven Ceci (1990) mengatakan bahwa analisis terhadap
perkembangan kelompok dalam studi Terman menunjukkan sesuatu yang penting. Pada
intinya, bukan IQ saja yang membuat mereka sukses tetapi bakat juga menjadi
salah satu faktornya. Dan anak berbakat dapat sukses tidak harus selalu
diiringi kekayaan keluarganya.
Mendidik Anak Berbakat
Alasan Penyediaan Pendidikan Khusus Bagi Anak Berbakat
Anak berbakat yang tidak merasa
tertantang dapat mengganggu, tidak naik kelas, dan kehilangan semangat untuk
berprestasi. Terkadang anak-anak ini suka membolos, pasif, dan apatis terhadap
sekolah (Roselli, 1996).
Setiap anak berhak untuk mendapatkan
pendidikan dimana hal tersebut akan sangat berguna untuk aktualisasi
potensi-potensi luar biasa yang ada pada diri mereka dan juga dalam
berkontribusi dengan lingkungan sosial
Anak berbakat adalah human
resource yang harus diberdayakan karena mereka dapat membantu
menyelesaikan masalah-masalah sosial di masa depan.Sistem pendidikan saat ini belum bisa mengakomodasi anak
berbakat khusus atau gifted. Sekolah
cenderung menyeragamkan kemampuan anak tanpa melihat potensinya. Padahal, tanpa
penanganan yang tepat, potensi besar anak berbakat khusus akan terbengkalai dan
kerap menimbulkan masalah.
Anak berbakat khusus mempunyai kemampuan dan cara berpikir yang
berbeda dari anak pada umumnya. Mereka juga mempunyai kebutuhan besar untuk
berpikir dan berekspresi secara bebas. Sekolah yang ada saat ini cenderung tidak melihat keunikan
tersebut. Sistem pendidikan juga belum bisa memenuhi kebutuhan anak berbakat
khusus untuk berpikir secara bebas. Kelas akselerasi yang semula dimaksudkan
untuk mewadahi anak berbakat khusus pun, pada kenyataannya hanya berisi
pemadatan materi pelajaran.
Layanan tambahan untuk anak
berbakat
Anak- anak berbakat membutuhkan
layanan tambahan untuk perkembangan dan pengetahuan lainnya melalui studi
independent dengan anggota fakultas atau komunitas orang-orang yang
memiliki sumber daya. Mereka menemukan ada hal-hal yang dapat menjadi layanan
tambahan bagi anak-anak berbakat khusus, antara lain:
1.
Kursus mini, kunjungan lapangan, dan
seminar khusus yang diselenggarakan.
2.
Proyek khusus seperti majalah
ilmiah, radio dan program televisi, pameran, majalah, proyek pembuatan
film.
3.
Berpartisipasi di dalam atau
diluar program kelompok dalam sekolah dan organisasi lain.
4.
Melewatkan kelas, penempatan dalam
kelompok kelas-tingkat lanjut, kursus musim panas (summer courses),
pendidikan orang tua dan program perguruan tinggi masyarakat.
5.
Program penghargaan, seminar
khusus, dan kursus-kursus lainnya.
6.
Berpartisipasi di dalam program
komunitas/masyarakat seperti workshop seniman, club
teater, dan lain-lain.
7.
Festival masyarakat, program
restorasi, pusat penitipan, dan proyek layanan khusus seperti bantuan untuk
penyandang cacat, dan lansia.
8.
Magang, dan mentorships dengan
komunitas profesional, bisnis, badan pemerintah lokal, museum, dan orang yang
memegang posisi kepemimpinan dalam kelompok kepentingan khusus seperti
masyarakat sejarah, kelompok lingkungan, tempat pemeliharaan hewan, klub
jasa.
9.
Konseling individu dan kelompok,
pengalaman khusus dalam eksplorasi karir, berkunjung ke kampus perguruan
tinggi, dan pengalaman karir dengan orang-orang yang bekerja di area yang
menarik perhatian/minat.
Selain itu, terdapat tujuh rencana
untuk mengelompokkan siswa dan memodifikasi kurikulum untuk siswa berbakat dan
jenius dijelaskan oleh Weiss dan Gallagher (1982) sebagai berikut:
a.
Pengayaan di kelas.
b.
Program guru konsultan.
c.
Ruang sumber daya / program
penarikan.
d.
Program studi independen.
e.
Program mentoring
komunitas/masyarakat.
f.
Kelas khusus (akselerasi).
g.
Sekolah khusus.
Memanajemen Anak Berbakat Khusus di Sekolah
a. Guru harus
melakukan review secara periodik dalam upaya melihat individual
differencespada anak berbakat khusus.
b. Guru harus
menganalisis dan menyesuaikan pendidikan yang cocok untuk anak berbakat khusus.
c. Guru harus
mampu mencari sumber daya yang ada di sekolah ataupun di masyarakat yang dapat
dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan bagi anak berbakat khusus.
d. Guru harus
mendukung pengembangan program khusus bagi anak berbakat khusus.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anak yang tergolong memiliki ketidakmampuan dan
gangguan adalah anak yang memiliki
kekurangan dibandingkan anak seusianya. Anak-anak ini diklasifikasikan dalam
beberapa jenis gangguan, antara lain adalah gangguan
organ indra, gangguan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa,
gangguan belajar, attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD), gangguan emosional dan perilaku. Pelajar yang termasuk dalam anak-anak yang memiliki
ketidakmampuan ini dilindungi oleh hukum serta diberikan penempatan dan
pelayanan oleh pemerintah.
Sedangkan anak
berbakat adalah anak yang memiliki
keunggulan dibandingkan anak seusianya. Anak-anak berbakat istimewa secara
alami memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya dengan anak-anak
normal. Karakteristik ini mencakup beberapa domain penting, termasuk di
dalamnya: domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi
dan nilai-nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial.
Anak
- anak berbakatjuga
membutuhkan
layanan tambahan, sama seperti anak yang memiliki ketidakmampuan untuk perkembangan dan pengetahuan
lainnya melalui studi independen dengan anggota fakultas atau komunitas
orang-orang yang memiliki sumber daya. Namun, Sistem pendidikan saat ini belum
bisa mengakomodasi anak berbakat khusus atau gifted. Sekolah cenderung menyeragamkan kemampuan anak tanpa
melihat potensinya. Padahal, tanpa penanganan yang tepat, potensi besar anak
berbakat khusus akan terbengkalai dan kerap menimbulkan masalah.
B.
Saran
Pemerintah
sebaiknya lebih banyak memberikan wadah sekolah khusus untuk mengakomodasi
anak berbakat khusus sama seperti yang dilakukan pada anak yang memiki
ketidakmampuan.
Pola pengasuhan dan pendidikan anak yang memiliki ketidakmampuan maupun anak berbakat khusus tidak bisa
disamakan. Tanpa kebebasan penuh untuk berpikir, mereka akan sulit menggali
potensinya.
DAFTAR PUSTAKA
Indahnya bersabar. February 2011. Anak
Berkebutuhan Khusus [Online], [http://indahnyabersabar.wordpress.com/2011/02/18/anak-berkebutuhan-khusus-abk/.
diakses 25 september 2011]
Kompas. 17 Agustus 2010. Kenali anak cerdas dan
berbakat istimewa [online], [http://edukasi.kompas.com/read/2010/08/17/15125953/Kenali.Anak.Cerdas.dan.Berbakat.Istimewa.
diakses pada 25 April 2011]
Tirtonegoro, Sutratinah. 2006. Anak Supernormal dan Progam Pendidikannya.
Jakarta: Bumi Aksara
- Posted by, Adha Anggraini (101014041)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar